1.KPSW (KETUBAN PECAH SEBELUM WAKTUNYA)
/ KETUBAN PECAH DINI (KPD).
A.PENGERTIAN
Ketuban
pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan.
Ketuban pecah prematur yaitu pecahnya membran
khorio-amniotik sebelum onset persalinan atau disebut juga Premature Rupture Of
Membrane = Prelabour Rupture Of Membrane = PROM.
Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM.
Ketuban pecah prematur pada preterm yaitu pecahnya membran Chorio-amniotik sebelum onset persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane = Preterm Prelabour Rupture Of Membrane = PPROM.
Ada teori yang menghitung berapa jam
sebelum in partu, misalnya 2 atau 4 atau 6 jam sebelum in partu. Ada juga yang
menyatakan dalam ukuran pembukaan serviks pada kala I, misalnya ketuban yang
pecah sebelum pembukaan serviks 3 cm atau 5 cm, dan sebagainya. Prinsipnya
adalah ketuban yang pecah “sebelum waktunya”. Normal selaput ketuban pecah pada
akhir kala I atau awal kala II persalinan. Bisa juga belum pecah sampai saat
mengedan, sehingga kadang perlu dipecahkan (amniotomi).
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari
semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD
terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur
sebanyak 30%.
B. Etiologi
1. Penyebab
dari KPD tidak atau masih belum diketahui secara jelas maka usaha preventiftidak dapat dilakukan, kecuali
dalam usaha menekan infeksi.
2. Adanya
hipermotilitas yang sudah lama terjadi sebelum terjadinya KPD
3. Selaput
ketuban tipis(kelainanketuban)
4. Infeksi
(amnionitisataukorioamnionitis)
5. Faktor
– factor lain yang merupakan predisposisi
(multipara,malposisi,disproporsi,cervikinkompeten)
6. Ketuban
pecah dini artificial (amniotomi) dimana ketuban dipecahkan terlalu dini
7. Inkompetensi
serviks : kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan pada
servik uteri
8. Infeksi
vagina/serviks
9. Kehamilan
ganda
C. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis
dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan
berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda
duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
“mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi.
D. Diagnosa
Secara klinik diagnosa ketuban pecah
dini tidak sukar dibuat anamnesa pada klien dengan keluarnya air seperti
kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat menilai itu mengarah ke
ketuban pecah dini. Untuk menentukan betul tidaknya ketuban pecah dini bisa
dilakukan dengan cara :
§ Adanya
cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih)
rambut lanugo atau (bulu-bulu halus) bila telah terinfeksi bau
§ Pemeriksaan
inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis
servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat cairan ketuban pada
forniks posterior
§ USG : volume
cairan amnion berkurang/oligohidramnion
§ Terdapat
infeksi genital (sistemik)
§ Gejala
chorioamnionitis
§ Maternal : Demam (dan
takikardi), uterine tenderness, cairan amnion yang keruh dan berbau,
leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit esterase (LEA)
meningkat, kultur darah/urin
§ Fetal : takikardi,
kardiotokografi, profilbiofisik, volume cairan ketuban berkurang
§ Cairan
amnion : Tes cairan amnion, diantaranya dengan kultur/gram
stain, fetal fibronectin, glukosa, leukosit esterase (LEA) dan sitokin.
o Jika terjadi
chorioamnionitis maka angka mortalitas neonatal 4x lebih besar, angka
respiratory distress, neonatal sepsis dan pardarahan intraventrikuler 3x lebih
besar
§ Dilakukan
tes valsava, tes nitrazin dan tes fern
o Normal pH
cairan vagina 4,5-5,5 dan normal pH cairan amnion 7,0-7,5
§ Dilakukan
uji kertas lakmus/nitrazine test
§ Jadi
biru (basa) :
air ketuban
§ Jadi merah
(asam) : air kencing
E. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi
pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian
KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian
prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin
meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang
terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
1. Pada
anak :
§ IUFD
§ Asfiksia
§ prematuritas
2. Pada
ibu
§ Partus
lama dan infeksi
§ Atonia
uteri
§ Perdarahan
post partum / infeksi masa nifas
F. Penatalaksanaan
§ Penatalaksanaan
ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterine
§ Pada
umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan KPD ke RS dan melahirkan
bayi yang berumur > 37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk
memperkecil resiko infeksi intrauterine
§ Tindakan
konservatif (mempertahankan kehamilan) diantaranya pemberian antibiotik dan
cegah infeksi (tidak melakukan pemeriksaan dalam), tokolisis, pematangan paru,
amnioinfusi, epitelisasi (vit C dan trace element, masih kontroversi), fetal
and maternal monitoring. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan
sectio caesarea (SC) atau pun partus pervaginam
§ Dalam
penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah
konservatif ataukah aktif, sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan,
kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu dan tempat
perawatan, fasilitas/kemampuan monitoring, kondisi/status imunologi ibu dan
kemampuan finansial keluarga.
§ Untuk
usia kehamilan <37 minggu dilakukan penanganan konservatif dengan
mempertahankan kehamilan sampai usia kehamilan matur.
§ Untuk
usia kehamilan 37 minggu atau lebih lakukan terminasi dan pemberian profilaksis
streptokokkus grup B. Untuk kehamilan 34-36 minggu lakukan penatalaksanaan sama
halnya dengan aterm
§ Untuk
usia kehamilan 32-33 minggu lengkap lakukan tindakan konservatif/expectant
management kecuali jika paru-paru sudah matur (maka perlu dilakukan tes
pematangan paru), profilaksis streptokokkus grup B, pemberian kortikosteroid
(belum ada konsensus namun direkomendasikan oleh para ahli), pemberian antibiotik
selama fase laten.
§ Untuk
previable preterm (usia kehamilan 24-31 minggu lengkap) lakukan tindakan
konservatif, pemberian profilaksis streptokokkus grup B, single-course kortikosteroid,
tokolisis (belum ada konsensus) dan pemberian antibiotik selama fase laten
(jika tidak ada kontraindikasi)
§ Untuk
non viable preterm (usia kehamilan <24 minggu), lakukan koseling pasien dan
keluarga, lakukan tindakan konservatif atau induksi persalinan, tidak
direkomendasikan profilaksis streptokokkus grup B dan kortikosteroid, pemberian
antibiotik tidak dianjurkan karena belum ada data untuk pemberian yang lama)
§ Rekomendasi
klinik untuk PROM, yaitu pemberian antibiotik karena periode fase laten yang
panjang, kortikosteroid harus diberikan antara 24-32 minggu (untuk mencegah
terjadinya resiko perdarahan intraventrikuler, respiratory distress syndrome
dan necrotizing examinations),tidak boleh dilakukan digital cervical
examinations jadi pilihannya adalah dengan spekulum, tokolisis untuk jangka
waktu yang lama tidak diindikasikan sedangkan untuk jangka pendek dapat
dipertimbangkan untuk memungkinkan pemberian kortikosteroid, antibiotik dan
transportasi maternal, pemberian kortikosteroid setelah 34 minggu dan pemberian
multiple course tidak direkomendasikan
§ Pematangan
paru dilakukan dengan pemberian kortikosteroid yaitu deksametason 2×6 mg (2
hari) atau betametason 1×12 mg (2 hari)
§ Agentokolisis
yaitu B2 agonis (terbutalin, ritodrine), calsium antagonis
(nifedipine), prostaglandin sintase inhibitor (indometasin), magnesium sulfat,
oksitosin antagonis (atosiban)
§ Tindakan
epitelisasi masih kotroversial, walaupun vitamin C dan trace element terbukti
berhubungan dengan terjadinya
§ ketuban
pecah terutama dalam metabolisme kolagen untuk maintenance integritas membran
korio-amniotik, namun tidak terbukti menimbulkan epitelisasi lagi setelah
terjadi PROM
§ Tindakan
terminasi dilakukan jika terdapat tanda-tanda chorioamnionitis, terdapat
tanda-tanda kompresi tali pusat/janin (fetal distress) dan pertimbangan antara
usia kehamilan, lamanya ketuban pecah dan resiko menunda persalinan
§ KPD
pada kehamilan < 37 minggu tanpa infeksi, berikan antibiotik eritromisin
3×250 mg, amoksisillin 3×500 mg dan kortikosteroid
§ KPD
pada kehamilan > 37 minggu tanpa infeksi (ketuban pecah >6 jam)
berikan ampisillin 2×1 gr IV dan penisillin G 4×2 juta IU, jika serviks matang
lakukan induksi persalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan
SC
§ KPD
dengan infeksi (kehamilan <37 ataupun > 37 minggu), berikan antibiotik
ampisillin 4×2 gr IV, gentamisin 5 mg/KgBB, jika serviks matang lakukan induksi
mpersalinan dengan oksitosin, jika serviks tidak matang lakukan SC
2.KELAINAN AIR KETUBAN
1. POLIHIDRAMNION
2.
OLIGOHIDRAMNION
A.POLIHIDRAMNION
A. Pengertian
Polihidramnion adalah Cairan
amnion >2000 ml pada kehamilan aterm (Thomas Rabe, 2002: 150).
Hidramnion adalah suatu jumlah
cairan amnion yang berlebihan (lebih dari 2000 ml). Normal volume cairan amnion
meningkat secara bertahap selama kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira
1000 ml antara 34 sampai 36 minggu (Ben-Zion Taber, 1994: 39).
Polihidramnion (hidramnion)
didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana jumlah air ketuban melebihi 2 liter.
Sedangkan secara klinis adalah penumpukan cairan ketuban yang berlebihan
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien.
B. Klasifikasi
Ø
Hidramnion akut
adalah penambahan air ketuban secara mendadak dan cept dalam beberapa hari,
biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke 5 dan ke 6.
Ø Hidramnion
kronis adalah penambahan air ketuban secara perlahan-lahan,
biasanya terjadi pada kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa didapatkan dari
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Insidensi hidramnion adalah 1% dari semua
kehamilan. Biggio dkk (1999) melaporkan dari Alabama, insisden hidramnion 1%
diantara lebih dari 36.000 kehamilan.
. C Etiologi
Sampai sekarang penyebab hidramnion
masih belum jelas. Pada banyak kasus hidramnion berhubungan dengan kelainan
malformasi janin, khususnya kelainan sistem syaraf pusat dan traktus
gastrointestinal. Namun secara teori, hidramnion bisa terjadi karena :
1.
Produksi
air ketuban bertambah
Diduga air ketuban dibentuk oleh
sel-sel amnion, tetapi air ketuban dapat bertambah cairan lain masuk kedalam ruangan
amnion, misalnya air kencing janin dan cairan otak anensefalus.
Naeye dan Blanc (1972)
mengidentifikasi dilatasi tubulus ginjal, bladder (vesica urinaria) ukuran
besar, akan meningkatkan output urine pada awal periode pertumbuhan fetus, hal
inilah yang meningkatkan produksi urine fetus yang mengakibatkan hidramnion.
2. Pengaliran air ketuban terganggu
Air ketuban yang dibentuk, secara
rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu cara pengeluaran
adalah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus kemudian dialirkan ke plasenta
untuk akhirnya masuk kedalam peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban ini akan
terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus dan
anensefalus.
Damato dan koleganya (1993)
melaporkan bahwa dari 105 wanita yang diteliti cairan amnionnya, ditemukan
hampir 65% dinyatakan hidramnion. Ada 47 orang hamil tunggal dengan satu atau
lebih mengalami kelainan kongenital. Diantaranya kelainan gastrointestinal,
sistem syaraf pusat, thorax, skeletal, kelainan kromosom (2 janin mempunyai
trisomi 18—Edward syndrome dan dua janin dengan trisomi 21—Down syndrome), dan
kelainan jantung. 19 orang wanita hamil kembar. Hidramnion berhubungan dengan
kehamilan kembar monozigotik, hipotesis telah dibuktikan bahwa salah satu fetus
menguasai satu bagian sirkulasi dari janin lainnya, dimana fetus yang satu ini
mengalami cardiac hypertrofi dan produksi output urine yang meningkat.
. D.Tanda
dan gejala
1. Pembesaran
uterus, lingkar abdomen dan tinggi fundus uteri jauh melebihi ukuran yang
diperirakan untuk usia kehamilan
2. Dinding
uterus tegang sehingga pada auskultasi bunyi detak jantung janin sulit atau
tidak terdengar dan pada palpasi bagian kecil dan besar tubuh janin sulit
ditentukan.
3. Masalah-masalah
mekanis. Apabila polihidramnion berat, akan timbul dispnea, edema pada vulva
dan ekstremitas bawah; nyeri tekan pada punggung, abdomen dan paha; nyeri ulu
hati, mual dan muntah
4. Letak
janin sering berubah (letak janin tidak stabil) (Helen Varney, 2006: 634)
. E. Diagnosis
1. Anamnesis
Perut terasa lebih
besar dan lebih berat dari biasa
Sesak nafas, beberapa
ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu hanya bisa bernafas
bila berdiri tegak
Nyeri ulu hati dan
sianosis
Nyeri perut karena
tegangnya uterus
Oliguria. Kasus sangat
jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami obstruksi akibat
uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
2. Inspeksi
Perut terlihat sangat
buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak kulit jelas dan
kadang-kadang umbilikus mendatar
Ibu terlihat sesak dan
sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
Edema pada kedua
tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi terhadap sebagian
besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang terlalu besar
3. Palpasi
Perut tegang dan nyeri
tekan
Fundus uteri lebih
tinggi dari usia kehamilan sesungguhnya
Bagian-bagian janin
sukar dikenali
4. Auskultasi
Denyut jantung janin
sukar didengar
5. Pemeriksaan
penunjang
Foto rontgen (bahaya
radiasi)
Ultrasonografi
Banyak
ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi 24-25 cm
pada pemeriksaan USG.
Dari
pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
Mild
hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11 cm
dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
Moderate
hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai 12-15 cm
dalamnya. Insiden sebesar 15%.
Severe hydramnion (hidramnion
berat), bila janin ditemukan berenang dengan bebas dalam kantung amnion yang
mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden sebesar 5%
Diagnosa banding
1. Gemelli
(kembar)
2. Asites
(pengumpulan cairan serosa dalam rongga perut)
3. Kista
ovarium
4. Kehamilan
dengan tumor
F. Komplikasi
1. Janin
Kelainan congenital
Prematuritas
Prolapsus tali pusat
2. Ibu
Solusio plasenta
Atonia uteri
Perdarahan postpartum
Syok
Kesalahan-kesalahan
letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar
. G.Penatalaksanaan
1. Pada
masa hamil
Pada hidramnion ringan tidak
perlu pengobatan khusus. Hidramnion sedang dengan beberapa
ketidaknyamanan biasanya dapat diatasi, tidak perlu intervensi sampai
persalinan atau sampai selaput membran pecah spontan. Jika terjadi sesak nafas
atau nyeri pada abdomen, terapi khusus diperlukan. Bed rest, diuretik dan air
serta diet rendah garam sangat efektif. Terapi indomethacin biasa
digunakan untuk mengatasi gejala-gejala yang timbul menyertai hidramnion.
Kramer dan koleganya (1994) melalui beberapa hasil penelitiannya membuktikan
bahwa indomethacin mengurangi produksi cairan dalam paru-paru atau meningkatkan
absorpsi, menurunkan produksi urine fetus dan meningkatkan sirkulasi cairan
dalam membran amnion. Dosis yang boleh diberikan 1,5-3 mg/Kg per hari. Tetapi
pada hidramnion berat maka penderita harus dirawat dan bila
keluhan terlalu hebat dapat dilakukan amniosentesis (pengambilan
sampel cairan ketuban melalui dinding abdomen). Prinsip dilakukan
amniosintesis adalah untuk mengurangi distress pada ibu. Selain itu, cairan
amnion juga bisa di tes untuk memprediksi kematangan paru-paru janin.
2. Pada
masa persalinan
Bila tidak ada hal-hal yang mendesak
maka sikap kita adalah menunggu. Jika pada waktu pemeriksaan dalam ketuban
tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan
deras, masukanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air
ketuban keluar pelan-pelan. Maksudnya adalah supaya tidak terjadi solusio
plasenta, syok karena tiba-tiba perut kosong atau perdarahan postpartum karena
atonia uteri.
3. Pada
masa nifas
Observasi perdarahan postpartus.
Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan
pemeriksaan golongan dan transfuse darah serta sediakan obat uterotronika.
Untuk berjaga-jaga pasanglah infuse untuk pertolongan perdarahan post partum
Jika perdarahan b. nyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk
menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup
B. Oligohidramnion
A. Pengertian
Oligohidramnion adalah suatu
keadaan dimana air ketuban kurang dari normal yaitu kurang dari 500 mL. Marks
dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG
ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau kurang dan insiden
oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia kehamilan 41 minggu.
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya
oligohidramnion masih belum diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan
oligohidramnion hampir selalu berhubungan dengan obstruksi saluran traktus
urinarius janin atau renal agenesis.
C. Tanda dan gejala
1. Perut
ibu kelihatan kurang membuncit
2. Denyut
jantung janin sudah terdengar lebih dini dan lebih jelas
3. Ibu
merasa nyeri di perut pada setiap gerakan anak
4. Persalinan
lebih lama dari biasanya
5. Sewaktu
his/mules akan terasa sakit sekali
6. Bila
ketuban pecah, air ketuban akan sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
7. Sering
berakhir dengan partus prematurus
D. Komplikasi
Prognosis oligohidramnion tidak baik
terutama untuk janin. Bila terjadi kehamilan muda akan mengakibatkan gangguan
bagi pertumbuhan janin, bahkan bisa terjadi foetus papyreceous, yaitu
picak seperti kertas karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut
akan terjadi cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan
kering. Selain itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal (sistem
otot).
Oligohidramnion yang berkaitan
dengan PPROM pada janin yang kurang dari 24 minggu dapat mengakibatkan
terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi,
yaitu:
1. Kompresi
toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-paru terhambat
2. Terbatasnya
pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
3. Terganggunya
produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada pertumbuhan dan
perkembangan paru-paru
E. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion
bergantung pada situasi klinik dan dilakukan pada fasilitas kesehatan yang
lebih lengkap mengingat prognosis janin yang tidak baik. Kompresi tali pusat
selama proses persalinan biasa terjadi pada oligohidramnion, oleh karena itu
persalinan dengan sectio caesarea merupakan pilihan terbaik pada kasus
oligohidramnion. Selain itu, pertimbangan untuk melakukan SC karena :
Index kantung amnion
(ICA) 5 cm atau kurang
Deselerasi frekuensi
detak jantung janin
Kemungkinan aspirasi
mekonium pada kehamilan postterm.
1. Hidrasi.‡
2. Perbaikan
nutrisi.‡
3. Pemantauan kesejahteraan‡
4. Pemeriksaan
USG yang umum dari volumecairan amnion‡
5. Amnion
infusion
3.KELAINAN LETAK
1.LETAK SUNSANG
2.LETAK LINTANG
1 Letak Sungsang
A. Pengertian
Kehamilan
pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong
merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis
(Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998).
B.Etiologi
Faktor-faktor
presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan
ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin
besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa
ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk
panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong
daripada presentasi kepala.. Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri
cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 )
1. Ibu
a. Keadaan
rahim
Rahim arkuatus
Septum pada rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan
plasenta
Plasenta letak rendah
Plasenta previa
c. Keadaan
jalan lahir
Kesempitan panggul
Deformitas tulang panggul
Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Janin
Pada janin
tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
b. Hedrosefalus atau anesefalus
c. Kehamilan kembar
d. Hidroamnion atau aligohidromion
e. Prematuritas
Dalam
keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat
kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar
dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan
menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan
ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks, kepala janin berangsur-angsur
masuk ke pintu atas panggul.
C. Klasifikasi
Berdasarkan
komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang sebagai berikut
:
1. Letak Bokong
Murni (Frank Breech)
Teraba bokong
Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak Bokong
Kaki Sempurna / Lipat Kijang (Campliete
Breech)
Teraba bokong
Kedua kaki berada di samping bokong
3. Letak Bokong
Tak Sempurna (Incomplite
Breech)
Teraba bokong
Disamping bokong teraba satu kaki
D. Diagnosa
1. Pemeriksaan
abdominal
Letaknya adalah memanjang.
Di atas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti
kepala. Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama
di atas tulang-tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala
dan menyebabkan kesalahan diagnostic.
Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil
ada di sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.
Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada
di bawah tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan
kadang-kadang dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba
terasa massa yang dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.
Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan
2. Denyut
jantung janin
Denyut
jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus dan pada sisi
yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut jantung janin
terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang kadang denyut
jantung janin terdengar di bawah umbilicus
3. Pemeriksaan
vaginal
Bagian terendah teraba tinggi
Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis
sutura dan fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal
presentasi
Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum
terletak pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka
Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan
teraba oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena
tulang yang keras
Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada
pada diameter obligua kanan.
4. Pemeriksaan
Sinar X
Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap
dan posisi janin, demikian pula kelainan-kelainan seperti hydrocephalus.
E. Komplikasi
1. ibu
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.
2. anak
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio. (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)
F. Penatalaksanaan
Konsep
Penatalaksanaan Letak Sungsang (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Neonatal,2002).
Pertolongan
persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan
komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi
kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :
Menurut
Sarwono Prawirohardjo, berdasarkan jalan lahir yang dilalui, maka persalinan
sungsang dibagi menjadi :
1. Persalinan
Pervaginam
a. Spontaneous breech (Bracht), ada 3 tahap :
Fase Lambat (Bokong lahir sampai umbilikus / scapula anterior),
Fase Cepat (Dari umbilikus sampai mulut / hidung)
Fase Lambat (Dari mulut / hidung sampai seluruh kepala)
b. Partial breech extraction : Manual and assisted breech delivery
c. Total breech extraction
2.Persalinan per abdominal : Seksio Sesaria
Prosedur Persalinan Bayi
Sungsang ( Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal,2002)
Langkah klinik
1. Persetujuan
tindakan medic
2. Persiapan
Pasien :
a) Ibu dalam posisi litotomi pada tempat tidur persalinan
b) Mengosongkan kandung kemih , rektum serta membersihkan daerah perenium
dengan antiseptik
Instrumen :
a) Perangkat untuk persalinan
b) Perangkat untuk resusitasi bayi
c) Uterotonika (Ergometrin maleat, Oksitosin)
d) Anastesi lokal (Lidokain 2%)
e) Cunam piper, jika tidak ada sediakan cunam panjang
f) Semprit dan jarum no.23 (sekali pakai)
g) Alat-alat infuse
h) Povidon Iodin 10%
i) Perangkat episiotomi dan penjahitan luka episiotomy
3. Persiapan
Penolong
a) Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
b) Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
c) Keringkan tangan dengan handuk DTT
d) Pakai sarung tangan DTT / steril
e) Memasang duk (kain penutup)
4. Tindakan
Pertolongan Partus Sungsang
a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan
penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan
episiotomi saat bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
d) Melahirkan bayi :
I. Cara Bracht
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari
penolong sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah
panggul).
2) Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
3) Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
4) Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di
bawah simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin
didekatkan ke arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan
bayi.
5) Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
6) Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat,
bersihkan jalan nafas bayi, tali pusat dipotong.
II. Cara Klasik
Pengeluaran
bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
1) Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong
dan kaki lahir.
2) Tali pusat dikendorkan.
3) Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
a) Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan
bahu kiri bayi yang berada di belakang.
b) Dengan tanggan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu untuk melahirkan
bahu kanan bayi yang berada di belakang.
4) Masukkan dua jari tangan kanan atau kiri (sesuai letak bahu belakang)
sejajar dengan lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
5) Setelah bahu dan lengan belakang lahir kedua kaki ditarik ke arah bawah
kontra lateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.
III. Cara Muller
Pengeluaran
bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan tangan
tidak bisa lahir.
1) Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara
yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak bahu
depan.
2) Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.
IV. Cara Lovset (Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang
kepala / nuchal arm)
1) Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.
2) Memutar bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke
arah penunjuk jari tangan yang muchal.
3) Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau
ke kanan beberapa kali hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik
atau Muller.
V. Ekstraksi Kaki
Dilakukan
bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi /
ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
1) Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai
lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki
bawah menjadi fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki
fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari
vagina sampai batas lutut.
2) Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan
di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis,
kaki ditarik turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
3) Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
4) Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian
pangkal paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter
belakang lahir. Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.
5) Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan
lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter
depan maka pangkal paha ditarik terus cunam ke bawah.
6) Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau
Lovset.
VI. Teknik Ekstraksi Bokong
Dikerjakan
bila presentasi bokong murni dan bokong sudah turun di dasar panggul, bila kala
II tidak maju atau tampak keadaan janin lebih dari ibu yang mengharuskan bayi
segera dilahirkan.
1) Jari penunjuk penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan
kedalam jalan lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini
lipat paha atau krista iliaka dikait dan ditarik curam ke bawah. Untuk
memperkuat tenaga tarikan ini, maka tangan penolong yang lain menekam
pergelangan tadi dan turut menarik curam ke bawah.
2) Bila dengan tarikan ini trokhanter depan mulai tampak di bawah simfisis,
maka jari telujuk penolong yang lain mengkait lipatan paha ditarik curam ke
bawah sampai bokong lahir.
3) Setelah bokong lahir, bayi dilahirkan secara Clasik , atau Muller atau
Lovset.
Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara
Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht
kepala belum lahir).
1) Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah
memegang kuda (Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan
kanan).
2) Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3) Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4) Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5) Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong
persalinan melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing
jari yang dimasukkan untuk menekan dagu atau mulut..
5. Manajemen
Kala III
a) Lahirkan plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi.
b) Luka episiotomi atau robekan perenium dijahit.
c) Beri Uterustonika atau medikamentosa yang diperlukan.
d) Awasi kala IV.
e) Lakukan pemeriksaan dan pengawasan nifas.
f) Dokumentasi
g) Cuci tangan pasca tindakan
G. Sikap
bidan
Bidan yang
menghadapi kehamilan dan persalinan letak sungsang sebaiknya :
1. Melakukan
rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapatkan
petunjuk kepastian dalam lahir
2. Bila
ada kesempatan, melakukan rujukan kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
persalinan yang optimal
3. Bila
terpaksa, melakukan pertolongan persalinan letak sungsang sebaiknya bersama
dokter
4. Klien
harus diberikan KIE dan motifasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam
bentuk Informetconsen (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)
2 Letak Lintang
A. Pengertian
Letak
lintang dalam kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin
melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong
pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada
kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Punggung janin
dapat berada di depan (dorsoanterior), di belakang (dorsoposterior) atau di
bawah (dorsoinferior).
B. Etiologi
Penyebab
paling sering adalah kelemahan otot uterus dan abdomen. Kelaianan letak paling
sering terjadi pada wanita paritas tinggi (grande multipara). Faktor lain yang
mendukung terjadinya letak lintang adalah plasenta previa, selain itu juga ada
beebrapa faktor yang mendukung terjadinya letak lintang yaitu: kehamilan ganda,
polihidramnion, abnormalitas uterus, pengkerutan pelvis, fibroid uterus yang
besar.
C. Diagnosis
Letak
lintang mudah didiagnosis dalam kehamilan dari bentuk uterus, terlihat melebar,
lebih menonjol ke salah satu bagian abdomen, engan TFU rendah. Palpasi akan
teraba kepala janin pada salah satu sisi dan bokong pada sisi yang lain, tetapi
tidak ada bagian presentasi yang berada di pelvis. Pada palpasi kepala janin
atau bokong ditemukan di salah satu bagian fossa iliaca. USG dapat digunakan
untuk memastikan dignosis untuk mendeteteksi kemungkinan
penyebab.
D. Komplikasi
Letak
lintang merupakan keadaan malpresentasi yang paling berat dan dapat menimbulkan
berbagai komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi akan bertambah berat jika
kasus letak lintang telambat didiagnosa. Pada ibu, dapat terjadi dehidrasi,
pireksia, sepsis, perdarahan antepartum, perdarahan pos partum, ruptur uteri,
kerusakan organ abdominal hingga kematian ibu. Pada janin, dapat terjadi
prematuritas, bayi lahir dengan apgar skor yang rendah, prolapsus umbilikus,
maserasi, asfiksia hingga kematian janin .
E. Proses persalinan
Setelah ketuban pecah, jika
persalinan berlanjut, bahu janin akan dipaksa masuk ke dalam panggul dan tangan
yang sesuai sering menumbung. Setelah terjadi sedikit penurunan, bahu tertahan
oleh tepi atas panggul, dengan kepala di salah satu fossa iliaca dan bokong
pada fossa iliaca yang lain. Bila proses persalinan berlanjut, bahu akan
terjepit kuat di bagian atas panggul. Uterus kemudian berkontraksi dengan kuat
dalam upayanya yang sia-sia untuk mengatasi halangan tersebut. Setelah beberapa
saat, akan terbentuk cincin retraksi yang semakin lama semakin meninggi dan
semakin nyata. Keadaan ini disebut sebagai letak lintang kasep. Jika tidak
cepat ditangani dengan benar, uterus akhirnya akan mengalami ruptur dan baik
ibu maupun bayi dapat meninggal.
Bila janin amat kecil (biasanya
kurang dari 800 gram) dan panggul sangat lebar, persalinan spontan dapat
terjadi meskipun kelainan tesebut menetap. Janin akan tertekan dengan kepala
terdorong ke abdomen. Bagian dinding dada di bawah bahu kemudian menjadi bagian
yang paling bergantung dan tampak di vulva. Kepala da n dada kemudian melewati
rongga panggul secara bersamaan, dan bayi dapat dikeluarkan dalam keadaan
terlipat (conduplicati corpore)
F. Penganan
1. Pada
kehamilan
Pada primigravida umur kehamilan
kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu
dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan.
Pada multigravida umur kehamilan
kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari 32 minggu dilakukan
versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.
2. Pada
persalinan
Pada letak lintang belum kasep,
ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika
pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio
caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan embriotomi.
Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik dilakukan versi
ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC. Pada letak lintang kasep
janin hidup dilakukan SC, jika janin mati dilakukan embriotomi.
Adakah anda Perlu kredit kewangan yang mendesak juga?
BalasHapus* Pemindahan Sangat cepat dan serta-merta ke akaun bank anda
* Bayaran balik bermula lapan bulan selepas anda mendapatkan wang
akaun bank
* Kadar faedah yang rendah sebanyak 2%
* Bayaran balik jangka panjang (1-30 tahun) Panjang
* Syarat pinjaman yang fleksibel dan Bayaran bulanan
*. Berapa lama masa yang diambil untuk membiayai? Selepas menghantar permohonan
Anda boleh Mengharapkan jawapan awal kurang dari 24 jam
Pembiayaan dalam 72-96 jam selepas menerima maklumat yang mereka perlukan
daripada anda.
Hubungi sah dan syarikat amanah berlesen yang dibenarkan
bahawa bantuan kewangan kepada negara-negara lain.
Untuk maklumat lanjut dan borang permohonan perniagaan bersama, melalui
e-mel: cashfirmarena@gmail.com
Sir EVA Demeter
Ketua Pengarah
CASHFIRM
online casino | AOGAD123
BalasHapusIn online casinos you'll have the chance 1xbet to play for real money, the number 카지노 of bonus spins and the chances of 온카지노 winning big. The game is developed by a