jam

Sabtu, 13 Juli 2013

Jantung


CARA KERJA JANTUNG




          Jantung normal berdenyut dengan irama teratur, pada bayi jantung berdenyut normal sekitar 120-160 kali per menit. Denyut ini dapat meningkat atau sebaliknya, tergantung aktivitas dan keadaan pada saat itu. Denyut jantung terjadi karena adanya mekanisme kontraksi dan relaksasi otot-otot atrium dan ventrikel secara berirama. Mekanisme tersebut  dimungkinkan terjadinya karena adanya perubahan potensial listrik pada pacu jantung dan secara berurutan tersebar melalui sistem hantarannya keseluruh bagian-bagian jantung.
            Rangkaian perubahan potensial listrik di dalam jantung ini bersumber pada pacu jantung yang terletak di simpul sinus. Dan sebagai akibatnya terjadilah perubahan mekanik berupa kontraksi dan relaksasi otot-otot jantung. Dengan adanya kemampuan sel-sel jantung yang bersifat pacu jantung khususnya yang terdapat didalam simpul sinus, maka pusat-pusat tersebut dapat mengeluarkan impuls secara terus-menerus dan otomatis, sehingga menyebabkan jantung dapat berdenyut dengan sendirinya, walaupun saraf yang memelihara jantung diputus.




SISTEM HANTARAN JANTUNG
            Dengan sistem hantaran jantung, maka irama denyut jantung dapat dikendalikan agar tetap dalam batas-batas normal. Sistem hantaran jantung diawali pada simpul sinoatrial atau simpul sinus yang terdapat dibagian atrium kanan, didekat muara vena cava superior.
Simpul sinus normal merupakan ’primary cardiac pacemaker’ tetapi dalam kondisi tertentu maka pacu jantung ( cardiac pacemaker) yang terdapat didalam simpul atrioventrikular atau disepanjang sistem hantaran jantung dapat menggantikannya dan dengan demikian jantung dapat tetap berdenyut.
Sistem hantaran jantung tersebut terdiri dari simpul sinus, preferential internodal pathways, simpul atrioventrikular, berkas His dan sistem purkinje.

SIMPUL SINUS DAN PACU JANTUNG
Urutan normal bagian fungsional jantung yang berdenyut merupakan kontraksi atrium yang disusul dengan kontraksi ventrikel dan akhirnya relaksasi jantung. Periode kontraksi dan relaksasi ini terjadi dalam satu siklus jantung. Terjadinya denyut jantung akibat suatu sistem hantaran impuls, sangat khusus yang dimulai dari pusat pacu jantung yang tertinggi di dalam atrium dan disebut sebagai simpul sinoatrial atau simpul sinus.
            Sistem hantaran ( impuls ) jantung atau Specialized Conducting System ( SCS) mampu menghasilkan impuls dan menghantarkan keseluruh bagian sel otot jantung,  sehingga dimulai depolarisasi bagian-bagian jantung dan disusul kontraksi jantung. Pada dasarnya sistem hantaran khusus terdiri dari sel khusus seperti sel pacu jantung, sel purkinje, sel transisional dan myocardium sel. Sel-sel tersebut berhubungan satu sama lain melalui membran plasma dan intercalated disc. Dan telah banyak diketahui  bahwa simpul sinus memiliki tingkat otomatisitas yang tertinggi dibandingkan dengan bagian-bagian lain, dan selalu memproduksi impuls yang baru sehingga menyebabkan jantung selalu berdenyut dengan irama yang ritmik.
            Di dalam sistem hantaran khusus, sel-sel khusus yang menghasilkan ’rapid inherent rhytm’ disebut sebagai sel pacu jantung dan pada keadaan normal dominan di bagian simpul sinus. Tetapi pada keadaan tertentu, dengan simpul sinus tidak mampu lagi memproduksi impuls, maka bagian lain SCS seperti simpul atrioventrikular akan menggantikannya. Dengan demikian maka irama kontraksi otot-otot jantung dikendalikan oleh   adanya alur-alur impuls yang diproduksi  oleh simpul sinus secara ritmik dan kemudiaan impuls dihantarkan ke otot-otot jantung malalui SCS.
            Sel miokardium, karena mengandung sel-sel khusus tersebut mungkin memiliki sifat-sifat yang paling khas yaitu otomatisitas, ’rhythmicity’, konduktivitas dan kontraktilitas. Otomatisitas jantung merupakan kemampuan sel miokardium untuk menghasilkan impuls mandiri secara ritmik dan mampu mempengaruhi perubahan-perubahan denyut jantung ( aksi kronotropik ), konduktivitas jantung menempuh kemampuan sel miokardium untuk cepat menghantarkan impuls cepat, sedangkan kontraktilitas jantung menempuh kemampuan sel miokardium untuk berkontraksi sesuai dengan hukum kekuatan kontraksi otot dan bersifat generatif.

SIMPUL ATRIOVENTRIKULAR
            Letaknya di dekat  annulus katup mitral dan di bagian belakang dekat dengan ostium sinus coronarius dan batas bagian distal berhubungan dengan berkas His. Di dalam simpul atrioventrikular terdapat jaringan kolagen dan sel-sel jantung, tempat serabut-serabut selnya di bagian distal meneruskan diri sebagai berkas atrioventrikular dan di bagian proksimal berhubungan dengan lintasan internodal.
            Penjalaran impuls di dalam simpul atrioventrikuar termasuk yang paling lambat yaitu sekitar dua per sepuluh sampai lima per sepuluh meter per detik dan kelambatan ini disebabkan oeh 1) Serabut-serabutnya amat kecil dibandingkan dengan bagian lain, 2) kurang permeabel terhadap ion-ion natrium atau kalium, 3) asal embrionik serabut-serabutnya berbeda dengan bagian SCS lainnya, 4) tidak semua impuls yang datang ke simpul atrioventrikular tepat pada saat periode refrakter relatif dan kebanyakan  pada saat periode refrakter absolut. Walaupun demikian terdapat keuntungan, karena adanya kelambatan penjalaran impuls ini memberikan kesempatan pada atrium untuk berkontraksi mendorong darah kedalam ventrikel, sebelum ventrikel ikut berkontraksi.


BERKAS HIS
            Berkas His terbagi menjadi dua cabang yaitu cabang berkas His kiri dan cabang berkas kanan. Pada cabang berkas kanan, serabut-serabutnya melalui septum interventrikular menuju ke bagian epicardium sedangkan pada cabang berkas kiri serabut-serabutnya melalui sebelah kiri septum interventrikulare kemudian masuk ke bagian posterior katup aorta dan selanjutnya berkas cabang kiri bercabang lagi menjadi ranting anterosuperior yang melayani sebagian besar permukaan anterosuperior ventrikel kiri dan ranting posteroinferior yang melayani bagian pertukaran posteroinferior ventrikel kiri.
            Berkas His ini merupakan lanjutan simpul atrioventrikular dan setelah bercabang lagi,  maka serabut-serabutnya kemudian membentuk anyaman purkinje dan tersebar luas di antara serabut kontraktil myocardium. Serabut-serabut purkinje inilah yang menghantarkan impuls secara cepat.

video kerja jantung


ELEKTROKARDIOGRAM
            Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi spontan pada nadus sinus. Peristiwa ini tidak tampak pada rekaman EKG. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium. Bagian pertama gelombang P menggambarkan aktivitas atrium kanan, bagian kedua mencerminkan aktivitas atrium kiri. Sewaktu aliran listrik sampai pada nodus AV akan timbul masa istirahat yang singkat, dan gambaran EKG menjadi hilang.
Selanjutnya gelombang depolarisasi itu menyebar sepanjang  sistem konduksi ventrikel ( berkas His, cabang-cabang berkas, dan serabut purkinje ) dan keluar menuju ke miokardium ventrikel. Bagian ventrikel yang pertama kali terdepolarisasi adalah  septum interventrikulare. Dan proses depolarisasi ventrikel inilah yang menimbulkan kompleks QRS. Gelombang  T merekam repolarisasi ventrikel, repolarisasi atrium tak tampak dalam rekaman EKG. Berbagai segmen dan interval menyatakan jarak waktu antara peristiwa –peristiwa berikut :
  • Interval PR mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai pada saat mulainya depolarisasi ventrikel.
  • Segmen ST merekam waktu dari akhir depolarsasi ventrikel sampai saat mulainya repolarisasi ventrikel
  • Interval QT mengukur waktu dari mulainya depolarisasi ventrikel sampai pada akhir repolarisasi ventrikel.

Untuk mempermudah pengamatan suatu aritmia pada EKG maka sangat perlu mempertimbangkan 2 hal  yaitu : 1). gambaran kompleks QRS- nya, jika didapatkan gambaran kompleks QRS yang normal berarti peristiwa depolarisasi ventrikel berlangsung secara normal melalui sistem hantarannya di dalam ventrikel dan sebaliknya jika kompleks QRS ternyata tidak  normal, misalnya kompleks QRS melebar maka terdapat dugaan bahwa peristiwa depolarisainya terganggu. Keadaan yang terakhir tersebut biasanya diikuti oleh irama EKG yang tidak normal, walaupun kadang-kadang frekuensinya masih terdapat dalam batas-batas normal. Tergantung pada faktor letak penyebabnya, jika didapatkan sumber kelainan pada daerah supraventrikular misalnya di daerah atrium atau simpul atrioventrikular dan berkas His, maka kelainan irama denyut jantung tersebut dikenal sebagai aritmia supraventikular. 2). Dengan memperhatikan hubungan gelombang P dan kompleks QRS, pada EKG normal sesudah gelombang P selalu diikuti oleh kompleks QRS. Pada aritmia tidak demikian halnya, karena setiap depolarisasi atrium tidak selalu diikuti oleh QRS.                   
Rekaman EKG 24 jam ( holter ) berguna dalam pemantauan terapi dan dalam mendeteksi takikardi yang berjalan singkat yang mungkin tidak bergejala. Penilaian singkat pengendaliaan aritmia dapat dilakukan disamping tempat tidur dengan menggunakan pacu transesofagus.      
 
 KELAINAN IRAMA JANTUNG
            Irama jantung yang normal terjadi apabila simpul sinus dapat mengendalikan denyut di seluruh bagian jantung dan seirama denganya.
 Karena setiap depolarisasi berasal dari depolarisasi nodus sinus, irama jantung setiap hari yang biasa itu disebut irama sinus normal. Irama selain itu disebut aritmia/disritmia.
            Istilah aritmia merujuk kepada setiap gangguan pada frekuensi, keteraturan, tempat asal denyut atau konduksi impuls listrik jantung. Aritmia dapat berupa sebuah denyut tunggal yang menyimpang atau bahkan jeda yang lama antar denyut atau gangguan irama yang bertahan lama dan dapat menetap seumur hidup pasien.
            Banyak aritmia  terjadi tanpa terasa oleh pasien dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan fisik atau EKG rutin. Namun, seringkali aritmia menimbulkan salah satu dari beberapa gejala yang khas.
            Pertama yang terpenting adalah palpitasi, yakni orang tersebut merasakan denyut jantungnya sendiri. Pasien dapat menceritakan sebentar-sebentar denyut jantungnya bertambah cepat atau melambat atau denyut jantungnya terus menerus cepat yang mungkin teratur atau tidak teratur. Perasaan seperti ini bisa hanya sekedar gangguan ringan atau merupakan pengalaman yang benar-benar menakutkan.
            Gejala yang lebih serius adalah mengurangnya curah jantung yang dapat terjadi bila aritmianya mengganggu fungsi jantung, gejalanya pusing dan sinkop. Aritmia cepat dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium dan menyebabkan angina. Mulainya aritmia secara mendadak pada pasien yang sudah menderita penyakit jantung dapat juga mencetuskan gagal jantung kongestif.
            Kadang-kadang manifestasi klinik aritmia yang pertama adalah kematian mendadak. Pasien yang sedang sekarat akibat infark miokardium akut menghadapi resiko kematian mendadak akibat aritmia, dan karena itulah mereka harus di opname di unit perawatan jantung sehingga frekuensi dan irama jantungnya dapat secara terus-menerus dimonitor.

Ginekologi






RADANG  PADA GENETALIA INTERNA

RADANG PADA GENETALIA INTERNA MELIPUTI :
1.      CERVISITIS
2.      ENDOMETRITIS
3.      MYOMETRITIS
4.      PARAMETRITIS
5.      ADNEKSITIS
6.      PERIOTENITIS

1.CERVICITIS   
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRP8oJ8luSX4dHw42KY7A-bFVjkwISNzkhZ5LJBEuqfpk017-FjaQ
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
            Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSHggPqaLnyL8zG37eO7dkwYi73EAdsEqhYQmFRC8GhL84hChfK

Patofisiologis
            Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia interna. Dalam hubungan ini pada seorang nulipara dalam keadaan normal canalis servicalis bebas kuman pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
              Radang pada services uteri bisa terdapat pada portio uteri eksternum dan pada endoservics uteri.
Gejala klinis     
·         Fluor hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
·          Sering menimbulkan erosio (erythropaki) pada portio, yang nampak sebagai daerah yang merah menyala.
·          Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulen keluar dari canalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
·          Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
·          Pada cervicitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah, karena infeksi. Bintik-bintik ini disebut ovula Nabothii dan disebabkan olehretensi kelenjar-kelenjar serviks, kerena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena radang.

Sebab-sebab
·          Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
·          Sekunder terhadap kolpitis.              
·          Tindakan intra : dilatasi dll.
·          Alat-alat atau obat kontrasepsi.
·          Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.
·         Pembagian Cervicitis

Cervicitis dibedakan menjadi 2, yaitu :
 Cervicitis Akut
            Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
            Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
            Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
            Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.
 Cervicitis Kronis
            Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.

Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
1. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan
Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas

 Penatalaksanaan
·          Antibiotika terutama kalau dapat diketemukan gonococcus dalam secret.
·          Kalau servicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10% dan irigasi.
·          Servicitis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi. Kalau sebabnya ectropion dapat dilakukan plastic atau amputasi
·          Erosio dapat disembuhkan dengan obat keras seperti AgNO3 10 % atau albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.


Cervisitis karena Kandidiasis Genitalis (Thrush)
DEFINISI
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTbDBUn_560jvB-7SwKy_t0fGHzI-SQ30kuupPy2dW9GMhDCsnD
Kandidiasis Genitalis adalah sautu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal sebagai thrush.
image
PENYEBAB
            Jamur Candida albicans. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit atau usus. Dari sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
            Kandidiasis genitalis lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB dan obat-obat lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis lebih sering ditemukan pada wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.
            Selain itu, pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker) dan penyakit yang menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS) juga mempermudah terjadinya penyakit ini.

GEJALA
            Kandidiasis genitalis biasanya menyebabkan gatal atau iritasi pada vagina dan vulva dan bisa disertai pengeluaran sekret dari vagina. Iritasinya berat, tetapi sekretnya sedikit. Vulva tampak kemerahan dan bengkak. Kulitnya kasar dan pecah-pecah. Dinding vagina biasanya tertutup oleh bahan seperti keju yang berwarna putih, tapi bisa juga tampak normal.
image
Kandidiasis genitalis
            Pria biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis) dan pada kulitnya (pada pira yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi, terutama setelah melakukan hubungan seksual. Kadang-kadang keluar sedikit sekret dari penis. Ujung penis dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil dan bisa tertutup oleh bahan seperti keju yang berwarna putih.
DIAGNOSA
            Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh bahan dari vagina atau penis. Bisa juga dibuat biakan dari bahan tersebut.

PENGOBATAN
            Pada wanita, pengobatan dilakukan melalui pencucian vagina dengan sabun dan air, mengeringkannya dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim anti jamur yang mengandung klotrimazol, mikonazol, butokonazol atau tiokonazol dan terkonazol. Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol yang diberikan per-oral (melalui mulut).
            Pada pria, penis (dan kulitnya pada laki-laki yang tidak disunat) harus dicuci dan dikeringkan sebelum diolesi dengan krim anti jamur (misalnya yang mengandung nistatin). Kadang-kadang wanita yang memakai pil KB harus menghentikan pemakaiannya untuk beberapa bulan, selama pengobatan kandidiasis vaginalis, karena bisa memperburuk infeksi.
              Wanita yang tidak dapat menghindar dari resiko infeksi ini (misalnya pada gangguan sistem kekebalan atau pemakaian antibiotik jangka panjang), mungkin memerlukan obat anti jamur atau pengobatan pencegahan lainnya.
image

Cervisitis karena GO ( Gonore )

Pengertian
           
Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian.
            Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
Melalui darah
            Penyakit menular seksual ini juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
            Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan.  Salah satu di antara PMS ini adalah penyakit gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing,  leher rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir  konjungtiva mata.  Kuman ini dapat menyebar ke bagian-bagian lain tubuh organisme melalui darah.

Gejala
            http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcROa5vyS9q9TH_hGDy4fOSHwsQuAmJfZ-X1gx4u6wZnbwgcHYXX
Pada pria gejala penyakit ini diawali dengan adanya gangguan ringan pada saluran kencing diikuti dengan rasa nyeri dalam berbagai tingkatan ketika kencing. Muara saluran kencing pada penis dapat berwarna merah dan mengalami pembengkakan. Pada awalnya wanita tidak memperlihatkan gejala-gejala. Biasanya gejala pada mereka malah timbul berbulan-bulan setelah terjadinya infeksi. Penyakit ini kemungkinan dapat ditemukan hanya pada satu pasangan walaupun sudah mengenai keduanya.  Namun pada memperlihatkan gejala seperti: ingin buang air kecil, nyeri waktu kencing, keputihan dan demam.
 Gonore dapat menyebabkan infeksi pada indung telur, saluran telur dan saluran kencing dan menyebabkan nyeri hebat dalam panggul.
Jika cairan tubuh yang mengandung kuman ini mengenai mata seseorang dapat timbul konjuntivitis gonore (radang mata kencing nanah). Untuk mengetahui adanya penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing.  Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.




Pengobatan
            Biasanya pengobatan dengan suntikan tunggal atau dosis tungal ceftriaxona yang diminum. Jika infeksi  menular melalui darah biasanya pasien  dirawat untuk mendapat obat antibiotika melalui suntikan intravena.
Gonorhoe 3







2.Endometritis

A.     Defenisi
            http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQlHgWWwUPoOs4bELDYlRH4nPnBzrH24PnrvTg4m5Q0jWbUlHqZ
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai bagian type endometritis yaitu :
·         Endometritis post partum, yaitu radang dinding rahim sesudah melahirkan.
·         Endometritis sinsitial, yaitu peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak.
·         Endometritis tuberkolosa, yaitu peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi.
Endometritis biasanya terjadi akibat infeksi naik dari saluran kelamin bawah. Dari persfektif patologik, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Endometritis akut ditandai dengan kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometrium kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit dalam stroma endometrium.
            Dalam populasi non obstetrik, PID dan proses ginekologi inasi adalah prekursor paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetrik, infeksi pasca persalinan adalah pendahulu yang paling umum. Endometritis kronis pada populasi obstetrik biasanya terkait dengan produk konsepsi ditahan setelah melahirkan atau aborsi efektif. Dalam populasi nno obstetrik, endometritis kronik telah terlihat dengan infeksi seperti klamidia, tuberkolosis, dan bakteri aginosis, dan adanya suatu alat kontrasepsi.

B.      Penyebab
             Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya : Campylobacter foetus, Brucella sp, dan trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti : Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli danFusobacterium necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai agina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau memulai sirkulasi darah.
            Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengna endometritis, yaitu retensio sekundinarum, distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi tertunda. Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan lahir sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis dapat terjadi sebagai lanjutan kasus distoksia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis sering juga berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persistem (CLP).

C.      Patogenesis
            Rahim merupakan organ yang steril sedangkan pada agina terdapat banyak microorganisme oportunistik. Microorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah microorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang tidak higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk seperti bakteri non spesifik, E. coli, Streptococcus, Staphilylococcus, danSalmonella. Maupun bakteri spesifik, Brucella sp, Vibrio foetus, dan Trichomonas foetus.




D.     Gejala Klinis
            Gejala klinis endometriosis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar. Penderita dapat nampak sehat walaupun dengan lendir vagina yang kekuningan dan rahimnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan, sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.

Gejala klinis endometritis  :
·         Berupa adanya leleran vagina yang berwarna putih atau putih kekuningan yang akan meningkat pada saat serviks berdilatasi dan ada mucus vagina yang berlebihan. Leleran tersebut biasa disebut “Leucorrhea” yang berarti secret putih dan kental dari vagina dan rongga uterus.
·         Terdapat tanda-tanda penyakit sistemik yang pada beberapa kasus menyebabkan penurunan produksi susu dan nafsu makan.
·         Pada palpasi per rectal ditemukan adanya involusi uterus yang terasa seperti adonan.
·         Dalam jangka pendek akan mengurangi fertilitas dan akan memperpanjang calving interval serta menurunkan angka service per conception (S/C).
·         Sedangkan dalam jangka panjang akan menyebabkan sterilitas yang dapat menimbulkan perubahan pada traktus genitalis yang bersifat irreversible.

            Endometritis dapat berupa kasus akut maupun kronis. Gejala klinis pada endometritis sering tidak begitu jelas. Demikian juga pada pemeriksaan melalui rektal atau pemeriksaan vagina hasilnya tidak jelas, khususnya bila peradangan bersifat akut.
           
 Endometritis yang kronis disertai dengan penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (piometra), gejala-gejalanya akan lebih jelas, terutama pada waktu idung berbaring, akan ada cairan yang keluar dari alat kelamin luar berbentuk gumpalan nanah. Ini disebabkan uterus yang mengandung nanah atau cairan tertekan antara rantai lantai kandang dan rumen. Kadang-kadang sukar menentukan apakah cairan tersebut berasal dari uterus atau serviks, karena umumnya serviks dan vagina turut serta dalam proses peradangan.
Gejala lain yang mungkin dilihat khususnya endometriosis yang akut pada sapi perah adalah suhu yang meningkat disertai adanya demam, sering urinasi, nafsu makan menurun, produk susu juga menurun, denyut nadi lemah, pernafasan cepat dan rasa sakit pada uterus, ditandai sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat dan sering merejan.
            Pada pemeriksaan rektal, uterus mungkin teraba agak membesar dan dindingnya agak menebal. Endometritis yang berderajat ringan, melalui perabaan rektal mungkin tidak teraba adanya kelainan pada uterus. Pada anjing, endometritis berat sering diikuti dengan muntah-muntah.

E.      Diagnosa
            Endometritis dpat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosa endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vagina dan biopsi. Keluhan kasus endometrisis biasanya susah untuk mempunyai keturunan (anak), siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vagina dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
            Secara klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran muccopurulen pada vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis tidak berdasarkan pada pemeriksaan histologis dari byopsi endometrial. Tetapi pada kondisi lapangan pemeriksaan vagiana pada palpasi traktus genital per rektum adalah tehknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis. Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari uterus, cervik atau vagina pada mukus tipis berawan sering dianggap normal. Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. Sangat penting untuk dilakukan diagnosa dan dan pemberian perlakuan pada kasus endometritis di awal periode post partus.
            Kejadian endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui lewat palpasi rektal, diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma kelahiran, distokia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode post partum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk memastikan adanya pus, mengidentifikasikan keradangan pada uterus.
            Sejumlah kecil pus yang terdapat pada pipa inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah suatu gejala yang mengarah pada endometritis. Keradangan pada serviks (cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu. Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.
Untuk beberapa kasus endometritis klinis dan subklinis, diagnosa diperkuat dengan biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy uterin dapat untuk memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.

F.       Terapi
Pengobatan untuk endometritis dilakukan dengan terapi :
·         Antibiotik lokal atau sistemik (oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6 gr intra uterine, neomisin 500-1000 mg).
·         Prostaglandin atau estrasiol.
·         Terapi microwave dengan intensitas yang rendah.
·         Mengobati uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik, dengan total waktu penyinaran 1 menit.
·         Pengobatan dengan IMG-42.2, dengan jalan kontak langsung dengan horn cap, menggunaka daerah antara sakral ke-2 dan ke-3. Area kontrol dari proses fisiologi ini berada di uterus. Waktu teraoi kurang lebih 10 menit. Altrnatif lain daerah radiasi lainnya adalah antara prosesus spinosus sakral 2 dan 3, kanan kirinya berjarak 4 jari. Waktunya 5 menit untuk tiap area, dengan total waktu 10 menit.

Endometritis di bagi menjadi 2 yaitu :
Ø  Endometritis akuta
            Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.
            Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
            Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
            Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
            Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
            Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
            Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
            Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
Ø  Demam.
Ø  Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
Ø  Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
Ø  Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Terapi :                                   
Ø  Uterotonika.
Ø  Istirahat, letak fowler.
Ø  Antibiotika.
Ø  Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
Ø Endometritis kronika
            Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
Ø  Pada tuberkulosis.
Ø  Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
Ø  Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
Ø  Pada polip uterus dengan infeksi.
Ø  Pada tumor ganas uterus.
Ø  Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
            Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
            Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
            Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
            Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.

Gejalanya :
Ø  Flour albus yang keluar dari ostium.
Ø  Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
Ø  Perlu dilakukan kuretase.
3.MYOMETRITIS
Myometritis adalah radang myometrium ( kamus Dorland ).
Miometrium adalah tunika muskularis uteri. ( kamus Dorland ).
Metritisatau miometritis adalah radang miometrium.
Gejala
• Demam
• Uterus nyeritekan
• Perdarahanvaginal
• Nyeri perutbawah Lochia berbau, purulen

4.PARAMETRITIS
Pengertian
            Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya unilatelar.
Tanda dan gejala
● Suhu tinggi dengan demam tinggi
● Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah
Penyebab
Parametritis dapat terjadi:
1). Dari endometritis dengan 3 cara :
• Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
• Lymphogen
• Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2). Dari robekan serviks
3). Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
Terapi
Antibiotika-resorptif.












5.ADNEXITIS  
Salpingo-ooforitis atau adneksitis
Pengertian
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQRfj66jXFfkTs9Y4alGpKWIqOepUr-WGLJDlq6AcV6I27CZ4MWRqp5GHjJ
            Salpingo-ooforitis adalah radang tuba fallopi dan radang ovarium terjadi bersamaan.
Klasifikasi Adneksitis
1). Adneksitis Akut
Tanda dan gejala
ü  Demam tinggi dan menggigil
ü  Menorrhagia
ü  Infertilitas
Etiologi
Lanjutan adneksistis
Terafi
ü  Antibiotik
ü  Terafi operatif



2). Adneksitis Kronis
Tanda dan Gejala
ü  Nyeri diperut
ü  Dysmenorrhoe
ü  Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan.
ü  Mual dan muntah
ü  Taocher
ü  Menorarhagi dan dysmenorrhoe
Etiologi
            Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri TB
Terafi
ü  Antibiotik
ü  Kortikstreorid

6. Peritonitis pelvix ( Pelveoperitonitis / Perimetritis )
Pengertian
            http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTHonGRm05HcSgP4zN-18itasa8C7C0ODF4B2xLniFA4Rxvfj0jOQ
Ialah radang pada peritoneum pelvix, biasanya terjadi bersamaan dengan radang salpingo ovoritis ( adnexitis ), ovarium dan alat-alat sekitarnya dalam rongga pelvix.
Tanda dan gejala
o   Nyeri tekan di abdomen bagian bawah
o   Nyeri sewaktu bernapas
o   Tumor aneksia (tidak selalu dapat dipalpasi)
o   Nausea, dorongan untuk muntah
o   Nadi lemah dan cepat, tekanan darah rendah
o   Demam
Penyebab
o   Infeksi sekunder, umumnya setelah menstruasi atau abortus
o   Gonorhoe
o   Jarang abses tuba ovarium yang pecah
Terafi
o   Infuse larutan glukosa/NaCL
o   Antibiotik golongan amphicillin atau galongan kloramphenikol
o   Bila ada abses cavum douglasi insisi dan drainase: hapusan dan kultur.











REFERENSI
-Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP Bandung. (1981). Obstetric Patologi.Bandung: Elstar Offset.
-Barlzad, A. (1993). Endokrinologi Ginekologi.Jakarta: KSERI. Media Aesculapius.
-Duenhoelter, J.H. (1989). Ginekologi greenhill (edisi 10)Jakarta: EGC.
-Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.Jakarta: EGC