RADANG PADA GENETALIA INTERNA
RADANG PADA GENETALIA INTERNA MELIPUTI :
1. CERVISITIS
2. ENDOMETRITIS
3. MYOMETRITIS
4. PARAMETRITIS
5. ADNEKSITIS
6. PERIOTENITIS
1.CERVICITIS
Cervicitis ialah radang
dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis
hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina.
Walaupun
begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang
kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina.
Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang
menimbulkan ectropion.
Patofisiologis
Serviks
uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia
interna. Dalam hubungan ini pada seorang nulipara dalam keadaan normal canalis
servicalis bebas kuman pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum
sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri
internum.
Radang
pada services uteri bisa terdapat pada portio uteri eksternum dan pada
endoservics uteri.
Gejala
klinis
·
Fluor hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
·
Sering menimbulkan erosio (erythropaki) pada portio, yang
nampak sebagai daerah yang merah menyala.
·
Pada pemeriksaan in speculo
kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulen keluar dari canalis cervicalis.
Kalau portio normal, tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
·
Sekunder dapat terjadi kolpitis
dan vulvitis.
·
Pada cervicitis yang kronis
kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang
merah, karena infeksi. Bintik-bintik ini disebut ovula Nabothii dan disebabkan
olehretensi
kelenjar-kelenjar serviks, kerena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan
dari luka serviks atau karena radang.
Sebab-sebab
·
Gonorroe : sediaan hapus dari
fluor cerviks terutama purulen.
·
Sekunder terhadap kolpitis.
·
Tindakan intra : dilatasi dll.
·
Alat-alat atau obat kontrasepsi.
·
Robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion.
·
Pembagian
Cervicitis
Cervicitis dibedakan
menjadi 2, yaitu :
Cervicitis Akut
Cervicities
akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan
ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang
disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini,
serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan
tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah
gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan
dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh
tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis
akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan
neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang
dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis
akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh
Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan
Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan
Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi
perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan
pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina
purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat
peradangan.
Cervicitis Kronis
Penyakit
ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar
pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam
endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa
gambaran patologis dapat ditemukan :
1. Serviks kelihatan normal; hanya
pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma
endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran
secret yang agak putih-kuning.
2. Disini pada portio uteri sekitar
ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan
secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri
atas mucus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri disini
lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam
keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks
bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan
tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah
epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil
berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit
terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu,
cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks
yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan
meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting
untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.
Cervisitis kronis paling sering
terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat
terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista
retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan
mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan
Secara klinis, cervisitis kronis
sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat
menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada
canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas
Penatalaksanaan
·
Antibiotika terutama kalau dapat diketemukan gonococcus
dalam secret.
·
Kalau servicitis tidak spesifik
dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10% dan irigasi.
·
Servicitis yang tak mau sembuh
ditolong operatif dengan melakukan konisasi. Kalau sebabnya ectropion dapat
dilakukan plastic atau
amputasi
·
Erosio dapat disembuhkan dengan
obat keras seperti AgNO3 10 % atau albothyl yang menyebabkan nekrose epitel
silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis
banyak.
Cervisitis
karena Kandidiasis Genitalis (Thrush)
DEFINISI
Kandidiasis Genitalis
adalah sautu infeksi jamur pada vagina atau penis, biasanya dikenal sebagai
thrush.
PENYEBAB
Jamur
Candida albicans. Jamur ini secara normal hidup di dalam kulit atau usus. Dari
sini jamur bisa menyebar ke alat kelamin. Candida biasanya tidak ditularkan
melalui hubungan seksual.
Kandidiasis
genitalis lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian
antibiotik, pil KB dan obat-obat lainnya yang menyebabkan perubahan suasana
vagina sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis lebih sering
ditemukan pada wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada
penderita kencing manis.
Selain
itu, pemakaian obat (misalnya kortikosteroid atau kemoterapi untuk kanker) dan
penyakit yang menekan sistem kekebalan (misalnya AIDS) juga mempermudah
terjadinya penyakit ini.
GEJALA
Kandidiasis
genitalis biasanya menyebabkan gatal atau iritasi pada vagina dan vulva dan
bisa disertai pengeluaran sekret dari vagina. Iritasinya berat, tetapi
sekretnya sedikit. Vulva tampak kemerahan dan bengkak. Kulitnya kasar dan
pecah-pecah. Dinding vagina biasanya tertutup oleh bahan seperti keju yang
berwarna putih, tapi bisa juga tampak normal.
Kandidiasis
genitalis
Pria
biasanya tidak menunjukkan gejala-gejala, tetapi pada ujung penis (glans penis)
dan pada kulitnya (pada pira yang tidak disunat) bisa terjadi luka dan iritasi,
terutama setelah melakukan hubungan seksual. Kadang-kadang keluar sedikit
sekret dari penis. Ujung penis dan kulitnya tampak merah, dengan keropeng kecil
dan bisa tertutup oleh bahan seperti keju yang berwarna putih.
DIAGNOSA
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh bahan dari
vagina atau penis. Bisa juga dibuat biakan dari bahan tersebut.
PENGOBATAN
Pada
wanita, pengobatan dilakukan melalui pencucian vagina dengan sabun dan air,
mengeringkannya dengan handuk dan kemudian mengoleskan krim anti jamur yang
mengandung klotrimazol, mikonazol, butokonazol atau tiokonazol dan terkonazol.
Pilihan lainnya adalah ketokonazol, flukonazol atau itrakonazol yang diberikan
per-oral (melalui mulut).
Pada
pria, penis (dan kulitnya pada laki-laki yang tidak disunat) harus dicuci dan
dikeringkan sebelum diolesi dengan krim anti jamur (misalnya yang mengandung
nistatin). Kadang-kadang wanita yang memakai pil KB harus menghentikan
pemakaiannya untuk beberapa bulan, selama pengobatan kandidiasis vaginalis,
karena bisa memperburuk infeksi.
Wanita
yang tidak dapat menghindar dari resiko infeksi ini (misalnya pada gangguan
sistem kekebalan atau pemakaian antibiotik jangka panjang), mungkin memerlukan
obat anti jamur atau pengobatan pencegahan lainnya.
Cervisitis karena GO ( Gonore )
Pengertian
Gonore adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau
bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa
menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian.
Pada
wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam
panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi.
Melalui
darah
Penyakit
menular seksual ini juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan
penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi
kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya
banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.
Pengendalian
penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks
dengan menggunakan upaya pencegahan.
Salah satu di antara PMS ini adalah penyakit gonore yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran
kencing, leher rahim, dubur dan
tenggorokan atau selaput lendir
konjungtiva mata. Kuman ini dapat
menyebar ke bagian-bagian lain tubuh organisme melalui darah.
Gejala
Pada pria
gejala penyakit ini diawali dengan adanya gangguan ringan pada saluran kencing
diikuti dengan rasa nyeri dalam berbagai tingkatan ketika kencing. Muara
saluran kencing pada penis dapat berwarna merah dan mengalami pembengkakan.
Pada awalnya wanita tidak memperlihatkan gejala-gejala. Biasanya gejala pada
mereka malah timbul berbulan-bulan setelah terjadinya infeksi. Penyakit ini
kemungkinan dapat ditemukan hanya pada satu pasangan walaupun sudah mengenai
keduanya. Namun pada memperlihatkan
gejala seperti: ingin buang air kecil, nyeri waktu kencing, keputihan dan
demam.
Gonore dapat menyebabkan infeksi pada indung
telur, saluran telur dan saluran kencing dan menyebabkan nyeri hebat dalam
panggul.
Jika cairan
tubuh yang mengandung kuman ini mengenai mata seseorang dapat timbul
konjuntivitis gonore (radang mata kencing nanah). Untuk mengetahui adanya
penyakit ini biasanya dilakukan sebagian besar dilakukan dengan pemeriksaan
analisa contoh cairan yang diambil dari saluran kencing. Walaupun tidak ada pemeriksaan darah spesifik
untuk mendeteksi adanya kuman gonore namun demikian penting sekali untuk
mengambil contoh darah karena ada kemungkinan saja seseorang sekaligus juga
tertular dengan PMS lain seperti sifilis atau AIDS.
Pengobatan
Biasanya
pengobatan dengan suntikan tunggal atau dosis tungal ceftriaxona yang diminum.
Jika infeksi menular melalui darah
biasanya pasien dirawat untuk mendapat
obat antibiotika melalui suntikan intravena.
2.Endometritis
A. Defenisi
Endometritis adalah peradangan yang
terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang
terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai bagian type endometritis yaitu :
·
Endometritis
post partum, yaitu radang dinding rahim sesudah melahirkan.
·
Endometritis
sinsitial, yaitu peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel
sintitial dan trofoblas yang banyak.
·
Endometritis
tuberkolosa, yaitu peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi.
Endometritis
biasanya terjadi akibat infeksi naik dari saluran kelamin bawah. Dari
persfektif patologik, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan
kronik. Endometritis akut ditandai dengan kehadiran neutrofil dalam kelenjar
endometrium. Endometrium kronis ditandai dengan adanya sel plasma dan limfosit
dalam stroma endometrium.
Dalam
populasi non obstetrik, PID dan proses ginekologi inasi adalah prekursor paling
umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetrik, infeksi pasca
persalinan adalah pendahulu yang paling umum. Endometritis kronis pada populasi
obstetrik biasanya terkait dengan produk konsepsi ditahan setelah melahirkan
atau aborsi efektif. Dalam populasi nno obstetrik, endometritis kronik telah
terlihat dengan infeksi seperti klamidia, tuberkolosis, dan bakteri aginosis,
dan adanya suatu alat kontrasepsi.
B. Penyebab
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis
diantaranya : Campylobacter foetus, Brucella sp, dan trichomonas foetus.
Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti
: Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli danFusobacterium necrophorum.
Organisme penyebab biasanya mencapai agina pada saat perkawinan, kelahiran,
sesudah melahirkan atau memulai sirkulasi darah.
Terdapat
banyak faktor yang berkaitan dengna endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi tertunda. Selain itu,
endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta
kerusakan jalan lahir sesudah melahirkan. Endometritis dapat terjadi sebagai
kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi
uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis dapat terjadi
sebagai lanjutan kasus distoksia atau retensi plasenta yang mengakibatkan
involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis sering
juga berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persistem (CLP).
C. Patogenesis
Rahim
merupakan organ yang steril sedangkan pada agina terdapat banyak microorganisme
oportunistik. Microorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke
rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah microorganisme
terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi
endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin
suntik atau penanganan kelahiran yang tidak higienis, sehingga banyak bakteri
yang masuk seperti bakteri non spesifik, E. coli, Streptococcus,
Staphilylococcus, danSalmonella. Maupun bakteri spesifik, Brucella sp, Vibrio
foetus, dan Trichomonas foetus.
D. Gejala Klinis
Gejala
klinis endometriosis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai
kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar. Penderita dapat nampak sehat
walaupun dengan lendir vagina yang kekuningan dan rahimnya tertimbun cairan.
Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan
kesuburan, sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan
reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.
Gejala klinis endometritis :
·
Berupa
adanya leleran vagina yang berwarna putih atau putih kekuningan yang akan
meningkat pada saat serviks berdilatasi dan ada mucus vagina yang berlebihan.
Leleran tersebut biasa disebut “Leucorrhea” yang berarti secret putih dan
kental dari vagina dan rongga uterus.
·
Terdapat
tanda-tanda penyakit sistemik yang pada beberapa kasus menyebabkan penurunan
produksi susu dan nafsu makan.
·
Pada
palpasi per rectal ditemukan adanya involusi uterus yang terasa seperti adonan.
·
Dalam
jangka pendek akan mengurangi fertilitas dan akan memperpanjang calving
interval serta menurunkan angka service per conception (S/C).
·
Sedangkan
dalam jangka panjang akan menyebabkan sterilitas yang dapat menimbulkan
perubahan pada traktus genitalis yang bersifat irreversible.
Endometritis
dapat berupa kasus akut maupun kronis. Gejala klinis pada endometritis sering
tidak begitu jelas. Demikian juga pada pemeriksaan melalui rektal atau
pemeriksaan vagina hasilnya tidak jelas, khususnya bila peradangan bersifat
akut.
Endometritis yang kronis disertai dengan
penimbunan cairan (hidrometra) atau nanah (piometra), gejala-gejalanya akan
lebih jelas, terutama pada waktu idung berbaring, akan ada cairan yang keluar
dari alat kelamin luar berbentuk gumpalan nanah. Ini disebabkan uterus yang
mengandung nanah atau cairan tertekan antara rantai lantai kandang dan rumen. Kadang-kadang
sukar menentukan apakah cairan tersebut berasal dari uterus atau serviks,
karena umumnya serviks dan vagina turut serta dalam proses peradangan.
Gejala lain
yang mungkin dilihat khususnya endometriosis yang akut pada sapi perah adalah
suhu yang meningkat disertai adanya demam, sering urinasi, nafsu makan menurun,
produk susu juga menurun, denyut nadi lemah, pernafasan cepat dan rasa sakit
pada uterus, ditandai sering menengok ke belakang, ekor sering diangkat dan
sering merejan.
Pada
pemeriksaan rektal, uterus mungkin teraba agak membesar dan dindingnya agak
menebal. Endometritis yang berderajat ringan, melalui perabaan rektal mungkin
tidak teraba adanya kelainan pada uterus. Pada anjing, endometritis berat
sering diikuti dengan muntah-muntah.
E. Diagnosa
Endometritis
dpat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosa endometritis dapat
didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vagina dan
biopsi. Keluhan kasus endometrisis biasanya susah untuk mempunyai keturunan
(anak), siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat
ringan. Pemeriksaan vagina dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan
melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan
di daerah vagina dan dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba
dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan
sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
Secara
klinis karakteristik endometritis dengan adanya pengeluaran muccopurulen pada
vagina, dihubungkan dengan ditundanya involusi uterus. Diagnosa endometritis
tidak berdasarkan pada pemeriksaan histologis dari byopsi endometrial. Tetapi
pada kondisi lapangan pemeriksaan vagiana pada palpasi traktus genital per
rektum adalah tehknik yang sangat bermanfaat untuk diagnosa endometritis.
Pemeriksaan visual atau manual pada vagina untuk abnormalitas pengeluaran
uterus adalah penting untuk diagnosa endometritis, meski isi vagina tidak
mencerminkan isi dari uterus. Flek dari pus pada vagina dapat berasal dari
uterus, cervik atau vagina pada mukus tipis berawan sering dianggap normal.
Sejumlah sistem penilaian telah digunakan untuk menilai tingkat involusi uterus
dan cervik, pengeluaran dari vagina alami. Sistem utama yang digunakan adalah kombinasi
dari diameter uterus dan cervik, penilaian isi dari vagina. Sangat penting
untuk dilakukan diagnosa dan dan pemberian perlakuan pada kasus endometritis di
awal periode post partus.
Kejadian
endometritis dapat didiagnosa dengan adanya purulen dari vagina yang diketahui
lewat palpasi rektal, diagnosa lebih lanjut seperti pemeriksaan vaginal dan
biopsi mungkin diperlukan. Yang harus diperhatikan pada saat palpasi dan
pemeriksaan vaginal meliputi ukuran uterus, ketebalan dinding uterus dan
keberadaan cairan beserta warna, bau dan konsistensinya. Sejarah tentang trauma
kelahiran, distokia, retensi plasenta atau vagina purulenta saat periode post
partum dapat membantu diagnosa endometritis. Pengamatan oleh inseminator untuk
memastikan adanya pus, mengidentifikasikan keradangan pada uterus.
Sejumlah
kecil pus yang terdapat pada pipa inseminasi dan berwarna keputihan bukanlah
suatu gejala yang mengarah pada endometritis. Keradangan pada serviks
(cervisitis) dan vagina (vaginitis) juga mempunyai abnormalitas seperti itu.
Bila terdapat sedikit cairan pada saat palpasi uterus, penting untuk melakukan
pemeriksaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan spekulum.
Untuk
beberapa kasus endometritis klinis dan subklinis, diagnosa diperkuat dengan
biopsy uterin. Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan biopsy uterin dapat untuk
memastikan terjadinya endometritis dan adanya organisme di dalam uterus.
F. Terapi
Pengobatan
untuk endometritis dilakukan dengan terapi :
·
Antibiotik
lokal atau sistemik (oksitetrasiklin 500-1500 mg dengan pemakaian maksimal 3-6
gr intra uterine, neomisin 500-1000 mg).
·
Prostaglandin
atau estrasiol.
·
Terapi
microwave dengan intensitas yang rendah.
·
Mengobati
uterus dengan radiasi infra merah yang berintensitas rendah atau terapi laser
dengan jarak 5-10 cm dari kulit, waktu tiap penyinaran kurang lebih 30 detik,
dengan total waktu penyinaran 1 menit.
·
Pengobatan
dengan IMG-42.2, dengan jalan kontak langsung dengan horn cap, menggunaka
daerah antara sakral ke-2 dan ke-3. Area kontrol dari proses fisiologi ini
berada di uterus. Waktu teraoi kurang lebih 10 menit. Altrnatif lain daerah
radiasi lainnya adalah antara prosesus spinosus sakral 2 dan 3, kanan kirinya
berjarak 4 jari. Waktunya 5 menit untuk tiap area, dengan total waktu 10 menit.
Endometritis di bagi menjadi 2 yaitu :
Ø Endometritis akuta
Terutama
terjadi pada masa post partum / post abortum.
Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada
endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit
berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab
yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi
gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan
menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada
abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan
melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban
dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut
dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.
Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah,
dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab
lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar
partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus,
memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung
dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut
tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis
akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya
dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan
fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis
akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak
menjalar.
Gejalanya :
Ø Demam.
Ø Lochea berbau : pada endometritis
post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent.
Ø Lochea lama berdarah malahan terjadi
metrorrhagi.
Ø Kalau radang tidak menjalar ke
parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Terapi :
Ø Uterotonika.
Ø Istirahat, letak fowler.
Ø Antibiotika.
Ø Endometritis senilis perlu dikuret
untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
Ø Endometritis kronika
Endometritis
kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak
dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena
pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan
mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit
saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal
dalam endometrium.
Gejala-gejala klinis endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia.
Pengobatan tergantung dari
penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
Ø Pada tuberkulosis.
Ø Jika tertinggal sisa-sisa abortus
atau partus.
Ø Jika terdapat korpus alineum di kavum
uteri.
Ø Pada polip uterus dengan infeksi.
Ø Pada tumor ganas uterus.
Ø Pada salpingo – oofaritis dan
selulitis pelvik.
Endometritis
tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang
meradang menahun.
Pada
abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua
dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.
Pada
partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan
dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah
apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis
kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing
atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
Ø Flour albus yang keluar dari ostium.
Ø Kelainan haid seperti metrorrhagi dan
menorrhagi.
Terapi :
Ø Perlu dilakukan kuretase.
3.MYOMETRITIS
Myometritis adalah radang myometrium
( kamus Dorland ).
Miometrium adalah tunika muskularis
uteri. ( kamus Dorland ).
Metritisatau miometritis adalah
radang miometrium.
Gejala
• Demam
• Uterus nyeritekan
• Perdarahanvaginal
• Nyeri perutbawah Lochia berbau,
purulen
4.PARAMETRITIS
Pengertian
Parametritis
adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya unilatelar.
Tanda dan gejala
● Suhu tinggi dengan demam tinggi
● Nyeri unilateral tanpa gejala
rangsangan peritoneum, seperti muntah
Penyebab
Parametritis dapat terjadi:
1). Dari endometritis dengan 3 cara :
• Per continuitatum : endometritis →
metritis → parametitis
• Lymphogen
• Haematogen : phlebitis →
periphlebitis → parametritis
2). Dari robekan serviks
3). Perforasi uterus oleh alat-alat (
sonde, kuret, IUD )
Terapi
Antibiotika-resorptif.
5.ADNEXITIS
Salpingo-ooforitis atau adneksitis
Pengertian
Salpingo-ooforitis
adalah radang tuba fallopi dan radang ovarium terjadi bersamaan.
Klasifikasi Adneksitis
1).
Adneksitis Akut
Tanda dan gejala
ü Demam tinggi dan menggigil
ü Menorrhagia
ü Infertilitas
Etiologi
Lanjutan adneksistis
Terafi
ü Antibiotik
ü Terafi operatif
2). Adneksitis Kronis
Tanda dan Gejala
ü Nyeri diperut
ü Dysmenorrhoe
ü Nyeri kiri dan kanan di perut bagian
bawah terutama kalau ditekan.
ü Mual dan muntah
ü Taocher
ü Menorarhagi dan dysmenorrhoe
Etiologi
Paling
sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus,
streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri TB
Terafi
ü Antibiotik
ü Kortikstreorid
6. Peritonitis pelvix (
Pelveoperitonitis / Perimetritis )
Pengertian
Ialah radang pada
peritoneum pelvix, biasanya terjadi bersamaan dengan radang salpingo ovoritis (
adnexitis ), ovarium dan alat-alat sekitarnya dalam rongga pelvix.
Tanda dan gejala
o
Nyeri
tekan di abdomen bagian bawah
o
Nyeri
sewaktu bernapas
o
Tumor
aneksia (tidak selalu dapat dipalpasi)
o
Nausea,
dorongan untuk muntah
o
Nadi
lemah dan cepat, tekanan darah rendah
o
Demam
Penyebab
o
Infeksi
sekunder, umumnya setelah menstruasi atau abortus
o
Gonorhoe
o
Jarang
abses tuba ovarium yang pecah
Terafi
o
Infuse
larutan glukosa/NaCL
o
Antibiotik
golongan amphicillin atau galongan kloramphenikol
o
Bila
ada abses cavum douglasi insisi dan drainase: hapusan dan kultur.
REFERENSI
-Bagian
Obstetri dan Ginekologi FKUP Bandung. (1981). Obstetric Patologi.Bandung:
Elstar Offset.
-Barlzad,
A. (1993). Endokrinologi Ginekologi.Jakarta: KSERI. Media Aesculapius.
-Duenhoelter,
J.H. (1989). Ginekologi greenhill (edisi 10)Jakarta: EGC.
-Taber,
Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar