jam

Kamis, 11 Juli 2013

IUD


IUD (INTRA UTERINE DEVICE )
D
I
S
U
S
U
Kelompok 7
*   ANAWITA SIMBOLON
*   IKHDA WIANDA
*   LINA BUDIARTI
*   SRI AYU AGUSTIN

DOSEN PEMBIMBING : HAMIDAH PURBA.S.ST



AKADEMI KEBIDANAN PEMKO
TEBING TINGGI
2012/2013
IUD ( INTRA UTERINE  DEVICE )
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEZtp3ibKCHA-KST_m9ZNsXzkGr30HO0rPut-jOJwxQWRWl2Llo0XFeO2jaZkoRFswbFluymJILSdV-EnI96N8gMyJ2gPo_wTZLmmTN523QhUzRbuzFbrJes54ZDDmUNKNGYEtGvsCpz1U/s320/kb6.JPG
A.Pengertian IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma (Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya spermatozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur (Kusumaningrum, 2009).
B.Jenis-jenis
1.    AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastic (polietilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
a.       Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1)      Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2)      Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring, Atigon dan Graten Berg Ring.

b.      Menurut Tambahan atau Metal
1)      Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200m².
Cara insersi : withdrawal                                  
2)      Un Medibated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
Cara insersi lippes loop : Push Out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya.
3). Copper-T 
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEZtp3ibKCHA-KST_m9ZNsXzkGr30HO0rPut-jOJwxQWRWl2Llo0XFeO2jaZkoRFswbFluymJILSdV-EnI96N8gMyJ2gPo_wTZLmmTN523QhUzRbuzFbrJes54ZDDmUNKNGYEtGvsCpz1U/s320/kb6.JPG
4). Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2009).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSDPfKr_2jF8TqGj1Tvb3c7RILJ8_ycE_um21PYqu6Fhy70W9LGK9Sm3zhPt4oaodgkQGK_XIDJ0u9pfsRGKgHArMRrhKEa6QJbFdwqBpj-10IKZDyoMIggq3DQJEQCL8vxCYKt7P0eRRt/s320/copper+7.jpg
5). Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicV04JQEB_cspcm4G_jz-wlaK86U_9ckq1C4feimq9LjcfDEf8Cz94DejW1xQVOTLQUM_unyvqGcyOui3AP9cd4uIHGnSsInNmFzlusTEJnZwh7qRLdpNTEvIs1MLNH1IQPSFKJz3LA2RG/s1600/IUD+Multiload+375.jpg
6). Lippes loop
IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm (benang putih). Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjmepTYUpgeru9sNHI9PrAWRUzFQzOwQKmblMdnVL9zcB94HZaJ0uDQbYzYptR6JiS4tsG2gkL2qBT8jWsqYtniXVse7Fny41DYfC_WdWjE4B0muPP6FBw_O30APo-tSVJo5yx39LV7fjLN/s320/Lippes-Loop+2.jpg
2.    IUD yang mengandung hormonal
a.       Progestasert-T = Alza T
1)      Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2)      Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
3)      Tabung insersinya berbentuk lengkung
4)      Daya kerja : 18 bulan
5)      Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)



b.      LNG-20
1.      Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
2.      Sedang ditelit di Firlandia.
3.      Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
4.      Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.

C.Keuntungan, kerugian dan efek samping
1.      Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut
a.       sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
b.      IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
c.       Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
d.      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e.       Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f.       Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g.      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h.      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i.        Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j.        Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir).
k.      Tidak ada interaksi dengan obat-obat.6uk0k
l.        Membantu mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin. AB, 2006).
2.      Kerugian dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
a.       Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
b.       Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
c.       Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat
d.      Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama.Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.

3. Efek samping yang umum terjadi:
a.       Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
b.      Haid lebih lama dan banyak
c.       Perdarahan (spotting) antara menstruasi
d.      Saat haid lebih sakit




D. Komplikasi lain :
a.      Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan
b.      Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
c.       Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).
d.      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
e.      Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
f.        Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas.
g.      Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
h.      Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
i.        Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
j.        Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
k.       Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
l.        Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
( Handayani, 2010 )





E.Indikasi
1.      Yang dapat menggunakan: Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah :
a.       Usia reproduktif
b.      Keadaan nulipara
c.       Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d.      Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.       Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko rendah dari IMS
g.      Tidak menghendaki metode hormonal
h.      Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
i.        Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama.

2.      Pada umumnya seorang ibu dapat menggunakan AKDR dengan aman dan efektif. AKDR juga dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
a.       Perokok
b.      Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
c.       Sedang memakai antibiotika atau antikejang
d.      Gemuk ataupun kurus
e.       Sedang menyusui


3.      Begitu juga ibu dal`m keadaan seperti di bawah ini:
a.       Penderita tumor jinak payudara
b.      Penderita kanker payudara
c.       Pusing-pusing, sakit kepala
d.      Tekanan darah tinggi
e.       Varises di tungkai atau di vulva
f.       Penderita penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika sebelum pemasangan AKDR)
g.      Pernah menderita stroke
h.      Penderita diabetes
i.        Penderita penyakit hati atau empedu
j.        Malaria
k.      Skistosomiasis (tanpa anemia)
l.        Penyakit tiroid
m.    Epilepsi
n.      Nonpelvik TBC
o.      Setelah kehamilan ektopik
p.      Setelah pembedahan pelvic. ( Handayani, 2010 )




F.Kontra Indikasi
Kondisi dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
• Hamil atau diduga hamil
• Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
• Pernah menderita radang rongga panggul
• Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
• Riwayat kehamilan ektopik
• Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
• Aborsi postseptik dalam waktu dekat
• Sepsis
• Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
• Penyakit tropoblastik ganas
• PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
• TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad, 2008).

G.Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
• Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).

Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan rekasi radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.
1.      Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
2.      Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi.
3.      AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati cavum uteri.
4.      Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
5.      Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim.( Hadayani, 2010)

Cara penggunaan atau pemasangan
IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).

H. Efek samping
Seminggu pertama, mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
Perdarahan dan kram selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi rahim (Kusumaningrum, 2009).
            Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).




I.Faktor -faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD
Ada beberapa faktor yang kurang mendukung penggunaan metode kontrasepsi IUD ini, antara lain :
1.   Faktor internal
a.       Pengalaman
Orang yang pernah memakai metode KB IUD, kemudian mengalami efek samping yang dirasa mengganggu atau menyebabkan rasa tidak enak/kurang menyenangkan maka kemungkinan akan mengalihkan metode kontrasepsi IUD yang digunakan ke metode KB lainnya. (Erfandi, 2008).

a.       Takut terhadap efek samping
Ketakutan akan keluarnya (ekspulsi) material IUD dari rahim/jalan lahir.Hal ini biasanya terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran IUD yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan IUD yang bersentuhan dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil. Ketakutan juga dapat terjadi akibat pengalaman individual orang lain yang mengalami nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari (Erfandi, 2008).
b.      Pengetahuan/pemahaman yang salah tentang IUD
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan (Evereet, 2008).

c.       Pendidikan PUS yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD juga terbatas (Erfandi, 2008).
d.      Malu dan risih
Perasaan malas atau risih karena harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini (Erfandi, 2008).
e.       Adanya penyakit atau kondisi tertentu yang merupakan kontraindikasi pemasangan IUD.
Penyakit kelamin (gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb), perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya, tumor jinak atau ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim, penyakit gula (diabetes militus), dan anemia (Erfandi, 2008).
f.       Persepsi tentang IUD
Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi seseorang tidak akurat, seseorang tidak mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang untuk memiih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Sobur Alex, 2009).
Belum terbiasanya masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD bisa terjadi akibat salah persepsi atau pandangan-pandangan subyektif seperti IUD dapat mempengaruhi kenyamanan dalam hubungan seksual (Erfandi, 2008). Sikap dan pandangan negatif masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang IUD seperti mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan lain sebagainya (Erfandi, 2008).



2    Faktor eksternal
a    Prosedur pemasangan IUD yang rumit.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan IUD seringkali menimbulkan perasaan takut selama pemasangan (Erfandi, 2008).

b    Pengaruh dan pengalaman akseptor IUD lainnya
Pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna atau akseptor IUD tentang ketidaknyamanan yang dirasakan akan mengurungkan niat calon akseptor untuk menggunakan metode IUD. Mereka akan memilih metode yang dianggapnya lebih aman, mudah, dan sedikit efek samping (Erfandi, 2008).

c    Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi kadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD tampak jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan KB suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidup/sampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau Pil hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan efek yang sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat (Erfandi, 2008).
Pandangan dari agama-agama tertentu yang melarang atau mengharamkan penggunaan IUD. Ada beberapa orang yang menganggap bahwa metode KB IUD termasuk yang dilarang dalam ajaran agama, karena beberapa produk IUD saat ini terbuat dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote sehingga bisa membunuhnya dan proses kehamilan tidak terjadi.

d    Pekerjaan
Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik yang tinggi seperti bersepeda angin, berjalan, naik turun tangga atau sejenisnya, kemungkinan salah akan persepsi untuk menggunakan metode IUD dengan alasan takut lepas (ekspulsi), khawatir mengganggu pekerjaan atau menimbulkan nyeri saat bekerja. Pekerj`an formal kadang-kadang dijadikan alasan seseorang untuk tidak menggunakan kontrasepsi, karena tidak sempat atau tidak ada waktu ke pusat pelayanan kontrasepsi (Erfandi, 2008).

J.Insersi / Pemasangan IUD
1.      Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
a.       Ekspulsi.
b.      Kerja kontraseptif tidak efektif.
c.       Perforasi uterus.

2.      Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a.       Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya.
b.      Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya.
c.       Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya.


3.      Waktu atau saat insersi.
a.       Insersi Interval
1)      Kebijakan (policy) lama : Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan : Ostium uteri lebih terbuka, canalis cervicalis lunak, perdarahan yang timbul karena prosedur insersi, tertutup oleh perdarahan haid yang normal, wanita pasti tidak hamil.
Tetapi, akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena : Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid, Dilatasi canalis cervicalis mid-siklus, memudahkan calon akseptor pada setiap ia datang ke klinik KB.
2)      Kebijakan (policy) sekarang : Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakin-yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.

b.      Insersi Post-Partum
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa haris post-partum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. Tetapi menurut penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara empat-delapan minggu post-partum, bahaya perforasi tinggi sekali.
c.       Insersi post-Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah :
1)      Abortus trimester I : Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.
2)      Abortus trimester II : Ekspulsi 5 – 00x lebih besar daripada setelah abortus trimester I.
d.      Insersi Post Coital
e.       Dipasangkan maksimal setelah 5 hari senggama tidak terlindungi.

4.      Teknik insersi, ada tiga cara :
a.       Teknik Push Out : mendorong : Lippes Loop, Bahaya perforasi lebih besar.
b.      Teknik Withdrawal : menarik : Cu IUD.
c.       Teknik Plunging : “mencelupkan” : Progestasert-T.( Handayani, 2010 )
K.Waktu Kunjungan Ulang
1.    Satu (                        1) satu bulan setelah pemasangan
2.    Tiga (3) bulan kemudian
3.    Setiap 6 bulan berikutnya
4.    Satu (1) tahun sekali
5.    Bila terlambat haid 1minggu
6.    Bila terjadi perdarahan banyak dan tidak teratur

Cara penggunaan atau pemasangan
IUD dapat dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).

L.Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat.
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4) Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
• Sym speculum
• Sonde rahim
• Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
• Busi / dilatator hegar
• Kogel tang
• Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
7) Petugas cuci tangan
8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11) Pasang speculum sym.
12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat dibersihkan
19) Petugas cuci tangan
20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21) Membuat nota pelayanan
22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan.
23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).

M.Prosedur Pencabutan IUD
• Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.
• Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang.
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter dan
k. Stetoskop

Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6) Bersihkan vagina dengan lysol
7)Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8) Pasang speculum sym.
9) Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10) Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11) Pasien dirapikan kembali
12) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13) Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

















REFERENSI
*      Meilani Niken. “Pelayanan Keluarga  Berencana”. 2010. Fitramaya.Yogyakarta.
*      Bari abdul. “ Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”. 2003. Jakarta.
*      Manuaba. “Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Peendidikan Bidan”. 1998.Jakart

Tidak ada komentar:

Posting Komentar