IUD (INTRA UTERINE DEVICE )
D
Kelompok
7
ANAWITA SIMBOLON
IKHDA WIANDA
LINA BUDIARTI
SRI AYU AGUSTIN
DOSEN
PEMBIMBING : HAMIDAH PURBA.S.ST
AKADEMI
KEBIDANAN PEMKO
TEBING
TINGGI
2012/2013
IUD ( INTRA UTERINE DEVICE )
A.Pengertian IUD
Intra Uterine
device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian
bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat dari plastik. Sesuai dengan
namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa
dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai
dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan
cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma
(Kusmarjadi, 2010).
Alat kontrasepsi dalam
rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang
relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom.
Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau
campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas
dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah
masuknya spermatozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan
alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan
terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh
dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi (ILUNI FKUI, 2010).
AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya
Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen
dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini
dapat untuk 3-5 tahun dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan
untuk mempunyai anak. AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan
sel telur (Kusumaningrum, 2009).
B.Jenis-jenis
1. AKDR Non-Hormonal
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu
berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastic (polietilen) baik
yang ditambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi
2 :
1) Bentuk
terbuka (oven device)
Misalnya : LippesLoop,
CUT, Cu-7, Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk
tertutup (closed device)
Misalnya : Ota-Ring,
Atigon dan Graten Berg Ring.
b. Menurut Tambahan atau Metal
1) Medicated
IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun),
Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T
(daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).
Pada jenis Medicated
IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga
yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200m².
Cara insersi : withdrawal
2) Un
Medibated IUD
Misalnya : Lippes
Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
Cara insersi lippes
loop : Push Out
Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada
keluhan dan atau persoalan bagi akseptornya.
3). Copper-T
IUD berbentuk T,
terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas
(anti pembuahan) yang cukup baik (Imbarwati, 2009).
4). Copper-7
IUD ini berbentuk
angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD
Copper-T (Imbarwati, 2009).
5). Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).
6). Lippes loop
IUD ini terbuat dari
polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan
kontrol, dipasang benang pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning)
dan tipe D berukuran 30 mm (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila
terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat
dari bahan plastic (Imbarwati, 2009).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).
2. IUD
yang mengandung hormonal
a. Progestasert-T = Alza T
1) Panjang
36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
2) Mengandung
38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesteron per hari.
3) Tabung
insersinya berbentuk lengkung
4) Daya
kerja : 18 bulan
5) Teknik
insersi : plunging (modified withdrawal)
b. LNG-20
1. Mengandung
46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg per hari.
2. Sedang
ditelit di Firlandia.
3. Angka
kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita per tahun.
4. Penghentian
pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi
dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau pendarahan haid
yang sangat sedikit.
C.Keuntungan,
kerugian dan efek samping
1. Keuntungan dari
alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut
a. sebagai kontrasepsi, efektifitasnya
tinggi.
b. IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A
dan tidak perlu diganti)
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi
hubungan seksual
f. Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping
hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j. Dapat digunakan sampai menopause (1
tahun lebih setelah haid terakhir).
k. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.6uk0k
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Saifuddin. AB, 2006).
2. Kerugian dari alat kontrasepsi IUD
adalah sebagai berikut
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian
perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3
bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya
setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3
bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang,
karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke
klinik jika:
a. Mengalami
keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,
muntah-muntah.
b. Terjadi
pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
c. Terdapat tanda-tanda
infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain
sebagainya. Pendeknya jika ibu
merasa tidak sehat
d. Sakit, misalnya diperut,
pada saat melakukan senggama.Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan
gejala-gejala diatas.
3. Efek samping yang umum terjadi:
a. Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
b. Haid
lebih lama dan banyak
c. Perdarahan
(spotting) antara menstruasi
d. Saat
haid lebih sakit
D. Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang
selama 3-5 hari setelah pemasangan
b. Perdarahan pada waktu
haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia
c. Perforasi dinding uterus
(sangat jarang apabila pemasangannya benar).
d. Tidak mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS
e. Tidak baik digunakan pada
perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
f.
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan
IMS memakai AKDR. Penyakit
radang panggul memicu infertilitas.
g. Prosedur medis, termasuk
pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan
takut selama pemasangan
h. Sedikit nyeri dan
perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1-2 hari
i.
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
j.
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering
terjadi apabila AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
k. Tidak mencegah terjadinya
kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal
l.
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu
ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
( Handayani, 2010 )
E.Indikasi
1. Yang dapat menggunakan: Syarat-syarat
yang harus dipenuhi sebelum seseorang akan memilih AKDR (IUD) adalah :
a. Usia
reproduktif
b. Keadaan
nulipara
c. Menginginkan
menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui
yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e. Setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi Resiko rendah dari IMS
g. Tidak
menghendaki metode hormonal
h. Tidak
menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
i. Tidak menghendaki kehamilan setelah
1-5 hari senggama.
2. Pada umumnya seorang ibu dapat
menggunakan AKDR dengan aman dan efektif. AKDR juga dapat digunakan pada ibu
dalam segala kemungkinan keadaan, misalnya:
a. Perokok
b. Pasca
keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi
c. Sedang
memakai antibiotika atau antikejang
d. Gemuk
ataupun kurus
e. Sedang
menyusui
3. Begitu juga ibu dal`m keadaan seperti
di bawah ini:
a. Penderita
tumor jinak payudara
b. Penderita
kanker payudara
c. Pusing-pusing,
sakit kepala
d. Tekanan
darah tinggi
e. Varises
di tungkai atau di vulva
f. Penderita
penyakit jantung (termasuk penyakit jantung katup dapat diberi antibiotika
sebelum pemasangan AKDR)
g. Pernah
menderita stroke
h. Penderita
diabetes
i. Penderita penyakit hati atau empedu
j. Malaria
k. Skistosomiasis (tanpa anemia)
l. Penyakit tiroid
m. Epilepsi
n. Nonpelvik
TBC
o. Setelah
kehamilan ektopik
p. Setelah
pembedahan pelvic. ( Handayani, 2010 )
F.Kontra
Indikasi
Kondisi dimana seorang
wanita tidak seharusnya menggunakan IUD adalah :
Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:
• Hamil atau diduga hamil
• Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
• Pernah menderita radang rongga panggul
• Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
• Riwayat kehamilan ektopik
• Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
• Aborsi postseptik dalam waktu dekat
• Sepsis
• Hamil atau diduga hamil
• Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita penyakit kelamin
• Pernah menderita radang rongga panggul
• Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal
• Riwayat kehamilan ektopik
• Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).
• Aborsi postseptik dalam waktu dekat
• Sepsis
• Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
• Penyakit tropoblastik ganas
• PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
• TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
• Penyakit tropoblastik ganas
• PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
• TBC panggul (ILUNI FKUI, 2010).
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Muhammad,
2008).
G.Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi
spiral yaitu:
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
• Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
• Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan
rekasi radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis
atau sperma.
1. Sifat-sifat
dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang
menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus.
2. Produksi
lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan sering adanya kontraksi
uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi.
3. AKDR
yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender serviks sehingga menghalangi
pergerakan sperma untuk dapat melewati cavum uteri.
4. Pergerakan
ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
5. Sebagai
metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah
transportasi tuba dalam rahim dan mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga
pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan
sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih
mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur
yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim.( Hadayani, 2010)
Cara penggunaan atau pemasangan
IUD dapat
dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil.
Untuk wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah
pengeluaran plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat
dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya
rahim). Untuk wanita menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai
sampai 6 bulan setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah
abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai
involusi komplit setelah triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang
wanita harus dapat mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI,
2010).
H. Efek samping
Seminggu pertama,
mungkin ada pendarahan kecil. Ada perempuan-perempuan pemakai spiral yang
mengalami perubahan haid, menjadi lebih ‘berat’ dan lebih lama, bahkan lebih
menyakitkan. Tetapi biasanya semua gejala ini akan lenyap dengan sendirinya
sesudah 3 bulan (Zahra, 2008).
Perdarahan dan kram
selama minggu-minggu pertama setelah pemasangan. Kadang-kadang ditemukan
keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama)
terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Pemasangan
IUD mungkin menimbulkan rasa tidak nyaman dan dihubungkan dengan resiko infeksi
rahim (Kusumaningrum, 2009).
Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).
Masalah kesehatan yang paling berbahaya akibat pemakaian spiral adalah terjadinya radang mulut rahim. Kebanyakan ini terjadi pada masa 3 bulan pertama, tetapi umumnya bukan akibat spiral itu sendiri. Pada penderitanya sudah terkena infeksi ketika spiral dipasang. Inilah sebabnya Anda harus memeriksakan kondisi seputar vagina dan rahim sebelum memasang spiral, sehingga jika ada tanda-tanda infeksi pemasangan spiral bisa dibatalkan. Jika kondisi mulut rahim biasa-biasa saja tapi tak urung Anda terkena radang juga, barangkali pemasang spiral (perawat, bidan, dokter, atau siapa saja di pos pelayanan KB atau puskesmas) tidak memasang spiral dalam kondisi steril atau benar-benar bersih dan aman. Hati-hatilah memilih di mana saja atau pada siapa meminta layanan ini (Zahra, 2008).
I.Faktor -faktor yang mempengaruhi pemilihan IUD
Ada beberapa faktor yang
kurang mendukung penggunaan metode kontrasepsi IUD ini, antara lain :
1. Faktor internal
a. Pengalaman
Orang yang pernah
memakai metode KB IUD, kemudian mengalami efek samping yang dirasa mengganggu
atau menyebabkan rasa tidak enak/kurang menyenangkan maka kemungkinan akan
mengalihkan metode kontrasepsi IUD yang digunakan ke metode KB lainnya.
(Erfandi, 2008).
a. Takut
terhadap efek samping
Ketakutan akan
keluarnya (ekspulsi) material IUD dari rahim/jalan lahir.Hal ini biasanya terjadi
pada waktu haid, disebabkan ukuran IUD yang terlalu kecil. Ekspulsi ini juga
dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin elastis sifatnya makin besar
kemungkinan terjadinya ekspulsi. Sedangkan jika permukaan IUD yang bersentuhan
dengan rahim (cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.
Ketakutan juga dapat terjadi akibat pengalaman individual orang lain yang
mengalami nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Biasanya menghilang
dalam 1-2 hari (Erfandi, 2008).
b. Pengetahuan/pemahaman
yang salah tentang IUD
Kurangnya pengetahuan
pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Dari
beberapa temuan fakta memberikan implikasi program, yaitu manakala pengetahuan
dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika
hanya sasaran para wanita saja yang selalu diberi informasi, sementara para
suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena
faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan
pengetahuan (Evereet, 2008).
c. Pendidikan
PUS yang rendah
Pendidikan merupakan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan proses pengajaran dan
pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD juga terbatas (Erfandi,
2008).
d. Malu
dan risih
Perasaan malas atau
risih karena harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini (Erfandi, 2008).
e. Adanya
penyakit atau kondisi tertentu yang merupakan kontraindikasi pemasangan IUD.
Penyakit kelamin
(gonorrhoe, sipilis, AIDS, dsb), perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui
penyebabnya, tumor jinak atau ganas dalam rahim, kelainan bawaan rahim,
penyakit gula (diabetes militus), dan anemia (Erfandi, 2008).
f. Persepsi
tentang IUD
Persepsi disebut inti
komunikasi, karena jika persepsi seseorang tidak akurat, seseorang tidak
mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan seseorang
untuk memiih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain (Sobur Alex, 2009).
Belum terbiasanya
masyarakat setempat dalam penggunaan kontrasepsi IUD bisa terjadi akibat salah
persepsi atau pandangan-pandangan subyektif seperti IUD dapat mempengaruhi
kenyamanan dalam hubungan seksual (Erfandi, 2008). Sikap dan pandangan negatif
masyarakat juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak
mitos tentang IUD seperti mudah terlepas jika bekerja terlalu keras,
menimbulkan kemandulan, dan lain sebagainya (Erfandi, 2008).
2 Faktor eksternal
a Prosedur pemasangan IUD yang rumit.
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan plevik diperlukan dalam pemasangan IUD
seringkali menimbulkan perasaan takut selama pemasangan (Erfandi, 2008).
b Pengaruh dan pengalaman akseptor IUD lainnya
Pengaruh dari cerita atau pengalaman mantan pengguna atau akseptor IUD
tentang ketidaknyamanan yang dirasakan akan mengurungkan niat calon akseptor
untuk menggunakan metode IUD. Mereka akan memilih metode yang dianggapnya lebih
aman, mudah, dan sedikit efek samping (Erfandi, 2008).
c Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan
karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus
menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi
keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi
kadang orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali
pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD tampak
jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa/jangka waktu penggunaannya, tentu
biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah dibandingkan
KB suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD
bisa aktif selama 3-5 tahun, bahkan seumur hidup/sampai menopause. Sedangkan KB
Suntik atau Pil hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk
mendapatkan efek yang sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali
suntikan bahkan berpuluh-puluh kali lipat (Erfandi, 2008).
Pandangan dari agama-agama tertentu yang melarang atau mengharamkan
penggunaan IUD. Ada beberapa orang yang menganggap bahwa metode KB IUD termasuk
yang dilarang dalam ajaran agama, karena beberapa produk IUD saat ini terbuat
dari bahan yang tidak kondusif bagi zygote sehingga bisa membunuhnya dan proses
kehamilan tidak terjadi.
d Pekerjaan
Wanita yang bekerja, terutama pekerjaan yang melibatkan aktivitas fisik
yang tinggi seperti bersepeda angin, berjalan, naik turun tangga atau
sejenisnya, kemungkinan salah akan persepsi untuk menggunakan metode IUD dengan
alasan takut lepas (ekspulsi), khawatir mengganggu pekerjaan atau menimbulkan nyeri
saat bekerja. Pekerj`an formal kadang-kadang dijadikan alasan seseorang untuk
tidak menggunakan kontrasepsi, karena tidak sempat atau tidak ada waktu ke
pusat pelayanan kontrasepsi (Erfandi, 2008).
J.Insersi /
Pemasangan IUD
1. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat
menyebabkan :
a. Ekspulsi.
b. Kerja
kontraseptif tidak efektif.
c. Perforasi
uterus.
2. Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD
tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a. Ukuran
dan macam IUD beserta tabung inserternya.
b. Makin
kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya.
c. Makin
besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya.
3. Waktu atau saat insersi.
a. Insersi Interval
1) Kebijakan
(policy) lama : Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan :
Ostium uteri lebih terbuka, canalis cervicalis lunak, perdarahan yang timbul
karena prosedur insersi, tertutup oleh perdarahan haid yang normal, wanita
pasti tidak hamil.
Tetapi, akhirnya kebijakan
ini ditinggalkan karena : Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi
dilakukan saat haid, Dilatasi canalis cervicalis mid-siklus, memudahkan calon
akseptor pada setiap ia datang ke klinik KB.
2) Kebijakan
(policy) sekarang : Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid
asal kita yakin seyakin-yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan
hamil.
b. Insersi Post-Partum
Insersi IUD adalah
aman dalam beberapa haris post-partum, hanya kerugian paling besar adalah angka
kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. Tetapi menurut penyelidikan di Singapura,
saat yang terbaik adalah delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara empat-delapan minggu post-partum,
bahaya perforasi tinggi sekali.
c. Insersi post-Abortus
Karena konsepsi sudah
dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah :
1) Abortus
trimester I : Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada
insersi interval.
2) Abortus
trimester II : Ekspulsi 5 – 00x lebih besar daripada setelah abortus trimester
I.
d. Insersi Post Coital
e. Dipasangkan maksimal setelah 5 hari
senggama tidak terlindungi.
4. Teknik insersi, ada tiga cara :
a. Teknik Push Out : mendorong : Lippes Loop, Bahaya perforasi
lebih besar.
b. Teknik
Withdrawal : menarik : Cu IUD.
c. Teknik Plunging :
“mencelupkan” : Progestasert-T.( Handayani, 2010 )
K.Waktu
Kunjungan Ulang
1. Satu
( 1) satu bulan setelah
pemasangan
2. Tiga (3) bulan kemudian
3. Setiap
6 bulan
berikutnya
4. Satu (1) tahun sekali
5. Bila terlambat haid 1minggu
6. Bila terjadi perdarahan banyak dan
tidak teratur
Cara penggunaan atau pemasangan
IUD dapat dipasang
kapan saja selama periode menstruasi bila wanita tersebut tidak hamil. Untuk
wanita setelah melahirkan, pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran
plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga dapat dipasang 4 minggu
setelah melahirkan tanpa faktor risiko perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita
menyusui, IUD dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan setelah
melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah abortus spontan triwulan
pertama, tetapi direkomendasikan untuk ditunda sampai involusi komplit setelah
triwulan kedua abortus. Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat
mengecek benang IUD setiap habis menstruasi (ILUNI FKUI, 2010).
L.Prosedur Kerja Pemasangan IUD
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat.
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4) Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
• Sym speculum
• Sonde rahim
• Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
• Busi / dilatator hegar
• Kogel tang
• Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
7) Petugas cuci tangan
8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11) Pasang speculum sym.
12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat dibersihkan
19) Petugas cuci tangan
20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21) Membuat nota pelayanan
22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan.
23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat.
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4) Alat-alat yang tersedia :
a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
• Sym speculum
• Sonde rahim
• Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
• Busi / dilatator hegar
• Kogel tang
• Pincet dan gunting
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
7) Petugas cuci tangan
8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11) Pasang speculum sym.
12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat dibersihkan
19) Petugas cuci tangan
20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21) Membuat nota pelayanan
22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi pelayanan.
23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati, 2009).
M.Prosedur Pencabutan IUD
• Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.
• Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.
• Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.
Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang.
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter dan
k. Stetoskop
1) Petugas harus siap ditempat
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4)Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :
a. Meja dengan alas duk steril.
b. Sarung tangan kanan dan kiri
c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
d. Cocor bebek / speculum
e. Tampon tang.
f. Tutup duk steril
g. Bengkok
h. Lampu
i. Timbangan berat badan
j. Tensimeter dan
k. Stetoskop
Langkah-langkah :
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6) Bersihkan vagina dengan lysol
7)Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8) Pasang speculum sym.
9) Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10) Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11) Pasien dirapikan kembali
12) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13) Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.
4) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.
6) Bersihkan vagina dengan lysol
7)Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
8) Pasang speculum sym.
9) Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10) Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11) Pasien dirapikan kembali
12) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol
13) Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
REFERENSI
Meilani Niken. “Pelayanan
Keluarga Berencana”. 2010.
Fitramaya.Yogyakarta.
Bari abdul. “ Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi”. 2003. Jakarta.
Manuaba. “Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Peendidikan Bidan”.
1998.Jakart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar