jam

Kamis, 11 Juli 2013

kebutuhan dasar selama kehamilan


Kebutuhan dasar selama kehamilan
 Kehamilan  adalah merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita dimana dengan adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan.
Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik,mental dan social.selain kebutuhan psikologis,kebutuhan fisik juga harus diperhatikan agar
Kcamilan dapat berlangsung dengan aman dan lancar.kebutuhan fisik yang diperlukan ibu selama hamil meliputi oksigen,nutrisi,peroral
Hygiene,pakaian,eliminasi,seksual,mobilisasi dan body mekanik,exercise/senam hamil,istirahat/tidur,imunisasi,travellinig,persiapan laktasi
Persiapan kelahiran bayi,memantau kesejahteraan bayi,ketidaknyamanan dan cara mengatasinya,kunjungan ulang,pekerjaan,tanda bahaya
Dalam kehamilan.kebutuhan-kebutuhan tersebut akan dibahas satu persatu berikut ini;
1.oksigen
Paru-paru bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin.pada hamil tua sebelum kepala masuk panggul,paru-paru tersedia keatas
Sehingga menyebabkan sesak nafas.
2.nutrisi
Kebutuhan giji ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal.
Peningkatan giji ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin.makanan dikonsumsi ibu hamil 40%
Digunakan untuk pertumbuhan janin dan sisahnya(60%) digunakan untuk pertumbuhan ibunya.secara
Normal kenaikan berat badan ibu hamil 11-13kg.
Pada triwulan pertama umumnya ibu hamil mengalami penurunan bb karena nafsu makan turun dan
Sering timbul muntah.meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi asupan makanan harus
Tetap berusaha untuk makan agar janin tumbuh baik.makanlah makanan dengan porsi kecil tapi sering
Seperti sup,susu,telur,biscuit,buah-buahan segar dan jus.
Pada trimester ke-2 nafsu makan mulai meningkat,kebutuhan makan harus lebih banyak dari biasanya
Meliputi zat sumber tenaga,pembangun,pelindung dan pengatur.
Pada trimester ke-3(sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik,tetapi jangan kelebihan,kurangi
Makan terlalu manis,dan terlalu asin,karena akan menyebabkan janin tumbuh besar dan merangsang
Timbulnya keracunan saat kehamilan.
3.personal hygiene
Adalah kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.kebersihan badan mengurangi kemungkinan
Infeksi,karena badan yang kotor banyak mengandung kuman. 
4.pakaian
Pakaian yang dikenakan ibu nyama,mudah menyerap keringat,mudah dicuci,tanpa sabuk/pita yang
Menekan dibagian perut,terlalu ketat juga tidak baik karena akan dapat memperhambat sirkulasi darah.
5.eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan,bahkan cukup lancar,untuk memperlancar dan
Mengurangi infeksi kandung kemih yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin,perubahan
Hormoral mempengaruhi aktifitas usus halus dan besar,sehingga buang air besar mengalami konstipasi.
6.seksual
Masalah seksual merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat ditawar,tetapi perlu diperhitungkan
Bagi mereka yang hamil,kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.
7.mobilisasi,body mekanik
Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk
Dan mengangkat tanpa menjadi tegang.
8.exercise/senam hamil
Secara umum persiapan fisik dari senam hamil adalah mencegah terjadinya deformitas(cacat kaki).
Melatih dan menguasai teknik pernafasan.
9.istirahat/tidur
Wanita hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan,tapi tidak boleh melelah
                                                                                           
                                                                                                                   
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

latar belakang

Persalinan adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik. ( Pramita Herlina )
Definisi persalinan menurut Prof. Dr. I. B. Gde Manuaba, DSOG adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ( penolong ) atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat” ( Pramita Herlina )
Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat memperhatikan faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas topik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passanger, psykologis, penolong. 

Persalinan dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor fisik 3 P dapat bekerja sama dengan baik. Dengan faktor 3 P kemungkinan terdapat penyimpangan atau kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai kelahiran bayi yang baik dan ibu yang sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan 3 P disebut Persalinan Distocia.
Faktor-faktor tersebut adalah :

1. PASSAGE (JALAN LAHIR)
Jalan lahir : Jalan lahir tulang atau jalan lahir lunak

·              Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
·              Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal
·              Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
·              Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul
·              Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
·              Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.

.  



 Ukuran-ukuran panggul
1)    Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque
Yang diukur sebagai berikut :
1)    Distansia spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2)    Distansia kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal, dapat di curigai panggul itu patologik.
3)    Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda sekali.
4)    Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5)    Konjugata eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5.
6)    Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.

a.    Jenis pelvis
1)    Jenis ginekoid :panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2)   Jenis anderoid : bentuk pintu atas panggul hampitr segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum.dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3)   Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter transversa.  Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4)   Jenis platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka belakang. Jenis ini di temukan pada 5 % perempuan.


Gambar jenis-jenis panggul

1.    Bagian lunak jalan lahir
Bagian ini tersusun atas segmen bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
a.   Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara
     os sakrum dan ilium dinamakan ligamentum sacro iliaka posterior, bagian depan dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior.
b.   Ligamentum yang menghubungkan os sacrum dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
c.   Ligamentum antara os sacrum dan os tuber ischiadikum dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
d.   Pada bagian bawah sebagian dasr panggul. Dasr panggul/diagfragma pelvis terdiri dari bagian otot di sebut muskulus levator ani.
e.   Bagian membran disebut diafragma urogenital
f.   Muskulus levator ani menyelubungi rektum, terdiri atas musculus pubo coccygeus, muskulus iliococcygeus, dan muskulus ischio coocygeus.
g.   Ditengah-tengah muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah berbentuk segitiga. Hiatus ini di batasi sekat yang menyelubungi pintu bawah panggul sebelah depan. Pada wanita sekai ini merupakan tempat keluarnya uretra dan vagian.
h.   Fungsi diafragma pelvis adalah untuk menjaga agar genitalia interna tetap pada tempatnya. Bila muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya alat genitalia intern

 Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari :
a)    Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi anus.
b)    Regio urugogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo cavernosus, ischiocavernosus dan trasversus perinei superficialis.


2. POWER (KEKUATAN)
Power adalah kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat penting dalam proses persalinan.
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik
Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah
His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient,
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik
Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri

kelainan kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh :
1). Kelainan kontraksi rahim
inersia uteri primer dan sekunder
tetania uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin sampai kematian janin dalam rahim
inkoordinasi kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua, pimpinan persalinan salah, induksi perrsalinan, rasa takut dan cemas
2). Kelainan tenaga meneran
Kelelahan
Salah dalam pimpinan meneran pada kala 2
2. Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus dilakukan :
 Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat persalinan tiba
Ø
 Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.
Ø
 Jangan panik.Ikuti saja instruksi dengan baik.Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisienkarena bayi malah jadi lebih susah lahir.
Ø
Harus disesar bila :
Meski sangat ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan power
Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.

3. PASSANGER

Passenger terdiri dari:
a. Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain :
• Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
• Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
• Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir
• Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
• Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b. Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah
iii. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
iv. Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
c. Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai ‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
1. Infeksi, contohnya korioamonitis
2. Trauma, contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentase janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
1. Keluarnya cairan jernih dari vagina.
2. Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
3. Adannya perubahan kertas lakmus merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
4. Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan ( 37,5 derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
3. Pemantauan kesejahteraan janin.
4. Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH




ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL

1. PENGERTIAN PERSALINAN
  1. Persalinan adalah proses pngeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2008).
  2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah cukup bulan atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
  3. Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir (Mochtar, 1998).
  4. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin tutun ke dalam jalan lahir (Sarwono, 2009).
  5. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2009).

2.KLASIFIKASI ATAU JENIS PERSALINAN
  • Ada 2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasrkan cara dan usia kehamilan.
1.Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan
  1. Persalinan Normal (Spontan)
  2. Persalinan Buatan
  3. Persalinan Anjuran

2.Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan.
  1. Abortus
  2. Persalinan Prematur
  3. Persalinan Matur
  4. Persalinan Postmatur (Serotinus)

3. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
  • Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada syaraf, dan nutrisi.
  1. Teori penurunan hormone
  2. Teori oksitosin
  3. Teori plasenta menjadi tua
  4. Teori iritasi mekanik
  5. Teori distensi rahim
  6. Teori berkurangnya nutrisi

4. TANDA-TANDA PERSALINAN 

1.Tanda permulaan persalinan
  1. Lightening, pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
  2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
  3. Susah kencing (polakisuria)
  4. Ada perasaan sakit di perut dan di pinggang.
  5. Serviks menjadi lebih lembek, mulai mendatar, dan sekresinya betambah bisa bercampur darah (bloody show).
2. Tanda persalinan
  1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
  2. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada serviks.
  3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
  4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PERSALINAN

1.Kekuatan mendorong janin keluar (power)
  1. His (kontraksi uterus): Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus dominan, terkoordinasi dan relaksasi.
  2. Kontraksi otot-otot dinding perut.
  3. Kontraksi diafragma.
  4. Ligamentous action terutama ligamentum rotundum.
2. Faktor janin (passager)
  1. Sikap janin (habitus).
  2. Letak janin (situs).
  3. Presentasi.
  4. Bagian terbawah janin.
  5. Posisi janin.
3.Faktor jalan lahir (passage)
  1. Bagian keras: Tulang-tulang panggul (rangka panggul).
  2. Bagian lunak: Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen.
4. Faktor psikologi ibu
  • Ibu bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang dicinyainya yang cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.
5. Faktor penolong
  • Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal.

6.KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN
  1. Dukungan fisik dan psikologis
  2. Kebutuhan makanan dan cairan
  3. Kebutuhan eliminasi
  4. Posisioning dan aktifitas
  5. Pengurangan rasa nyeri

7.TAHAPAN PERSALINAN

1. KALA I PERSALIAN
  • Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10 cm).
  • Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:
a. Fase laten
  • Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan pembukaan serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm, dan umumnya fase laten berlangsung selama 8 jam.
b.Fase aktif
  1. Fase akselerasi; dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm - 4 cm.
  2. Fase dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung cepat, dari 4 cm - 9 cm.
  3. Fase deselerasi; pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm - lengkap 10 cm.

A.PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA I
  1. Perubahan pada serviks
  2. Perubahan system kardiovaskuler
  3. Perubahan metabolisme
  4. Perubahan system respirasi
  5. Kontraksi uterus
  6. Perubahan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
  7. Perubahan hematologis
  8. Perubahan renal
  9. Perubahan gastrointestinal
  10. Perubahan suhu badan
  11. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
  12. Perubahan pada anus (Sistem pencernaan)

B.PERUBAHAN PSIKOLOGI KALA I
  • Kondisi psikologi yang sering terjadi selama persalinan kala I :
  1. Kecemassan dan ketakutan pada dosa-dosa/kesalahan diri sendiri.
  2. Timbulnya rasa tegang, ketakutan, kecemasan, dan konflik-konflik batin.
  3. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, badan selalu kegerahan, tidak sabaran.

C.ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA I
  1. Manajemen kala I: a.Mengidentifikasi masalah; b.Pemeriksaan abdomen; c.Menilai data dan membuat diagnosis; d.Membuat rencana asuhan.
  2. Penggunaan partograf
  3. Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikis
  4. Pengenalan tanda bahaya kala I, seperti: a. Perdarahan pervaginam selain lendir bercampur darah; b. Persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu); c. Ketuban pecah dan air keruban bercampur mekonium disertai tanda-tanda gawat janin.
  5. Pendokumentasian kala I

2. KALA II PESALINAN
  • Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
  1. Pembukaan serviks telah lengka (10 cm), atau
  2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.

Tanda dan gejala kala II:
  1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
  2. Ibu merasakan meningkatnya tekanan pada rectum dan/ vagina.
  3. Perineum terlihat menonjol.
  4. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
  5. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
A.PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA II DAN ASUHAN SAYANG IBU

1. Perubahan fisologis
  • Kontraksi uterus
  • Kontraksi otot abdomen
  • Vulva dan vagina,
  • Kontraksi persalinan
  • Janin,

2. Asuhan sayang ibu dan posisi meneran
  1. Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran.
  2. Tentramkan hati ibu selama kala II persalinan dan bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
  3. Saat pembukaaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran.
  4. Anjurkan ibu untuk minum selam kala II persalinan karena ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama persalinan dan kelahiran.
  5. Perbolehkan ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman baginya.

B. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
  • Adalah proses adaptasi dan akomodasi yang tepat antara bagian kepala terhadap bebagai sekmen panggul, agar proses persalinan dapat berlangsung atau perubahan posisi bagian terendah (Mac Donald,1991).

C. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN KALA II

1. Pada kala II ini dilakukan pemantauan terhadap ibu, yang meliputi
  1. Kontraksi atau his
  2. Tanda-tanda kala II
  3. Keadaan umuma
  4. Kemajuan persalinan:a.Pembukaan serviks; b. Penurunan kepala janin; c. His
2. Pemantauan pada bayi meliputi :
  1. Sebelum lahir:a. Denyut jantung janin; b. Cairan ketuban; c. Moulase atau penyusupan kepala janin
  2. Saat lahir: Apgar scor

D.MANUVER TANGAN DALAM PERSALINAN 

1.Perasat Ritgen
  • Bila perineum meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan yang melalui kulit perineum, coba mengkait dagu janin dan tekan ke arah simpisis pelan-pelan.
2. Melahirkan Bahu
  • Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi. Setelah rotasi eksternal letakkan satu tangan pada masing-masing sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi berikutnya. Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara lembut (ke arah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak di bawah arcus pubis. Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke langit-langit untuk melahirkan bahu posterior bayi) .
3. KALA III PERSALINAN
  • Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

A. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
  • Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau stimulus) setelah kala II selesai. Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus plasenta.
1. Tanda – tanda lepasnya plasenta
  • Perubahan bentuk dan tinggi fundus
  • Tali pusat memanjang
  • Semburan darah mendadak dan singkat
2. Cara pelepasan plasenta
  • Metode Ekspulsi Schultze
  • Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
3. Pengeluaran plasenta
  • Plasenta dikeluarkan dengan melakukan tindakan manual bila :
  1. Perdarahan lebih dari 400 sampai 500 cc
  2. Terjadi retensio plasenta
  3. Bersamaan dengan tindakan yang disertai narkosa
  4. Dari anamnesa terdapat perdarahan habitualis.
4.Pemeriksaan plasenta dan selaputnya
  • Setelah plsenta lahirr bersama selaputnya, selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang cermat terhadap :
  1. Kotiledon, yang berjumlah 20 buah.
  2. Permukaan plasenta janin.
  3. Kemungkinan terdapat plasenta suksenturiata.

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta menyebabkan :
  1. Perdarahan puerperium yang berkepanjangan.
  2. Bahaya infeksi
  3. Terjadi polip plasenta
  4. Degenerasi ganas menjadi kariokarsinoma

B. MANAJEMEN AKTIF KALA III
  • Manajemen aktif kala III adalah penatalaksanaan secara aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta), untuk mambantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
  • Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
  1. Pemberian oksitosin
  2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali
  3. Pemijatan masase fundus uteri.
Deteksi Dini Patologi Kala III
  1. Atonia uteri
  2. Inversio uteri
  3. Retensio plasenta
Plasenta manual
  • Plasenta manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan kemudahan melahirkannya keluar dari kavum uteri.
  • Melepas plasenta dari dinding uterus
  1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
  2. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil di geser ke atas (cranial ibu) hingga sampai perlekatan plasenta dari dinding uterus.
  • Mengeluarkan plasenta
  1. Sementara satu tangan masih didalan kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
  2. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
  3. Lakukan penekanan uterus ke arah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta didalam wadah yang telah disiapkan.

  • Pencegahan infeksi pasca tindakan
  1. Dekontaminasi sarung tangan serta peralatan lain yang digunakan.
  2. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
  3. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
  4. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering.
  • Pemantaun pasca tindakan
  1. Periksa kembali tanda vital ibu.
  2. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
  3. Tulis rencana pengobatan, tindakan yang masih di perlukan dan asuhan lanjutan.
  4. Beritahu ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
  5. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum di pindah ke ruang gabung.

4. KALA IV PERSALINAN
  • Kala IV adalah masa selama 1-2 jam setelah pengeluarn uri. Dua jam pertama pasca peralinan merupakan masa krisis bagi ibu dan neonatus (bayi baru lahir).

A.FISOLOGI KALA IV
  • Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal,Perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episotomi serta pemantauan dan evaluasi lanjut juga perlu diperhatikan.
B.EVALUASI UTERUS
  • Kontraksi uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri, yang dapat mengganggu keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk diperhatikan.
C.PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA DAN PERINIUM
  • Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat perbedahan kalau diperlukan.
  • Laserasi dapat dikategorikan dalam :
  1. Derajat 1: laserasi mengenai mukosa dan kulit perinium, tidak perlu dijahit.
  2. Derajat II: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan perinium (perlu dijahit)
  3. Derajat III: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan spingter ani.
  4. Derajat IV: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan spingter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.

D.PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT KALA IV
  • Pemantauan selama dua jam pertama post partum sangat penting. Selama kala IV ini bidan harus meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah mereka lakukan selama kala I, II, III, untuk memastikan ibu tidak menemui masalah apapun. Karena terjadi perubahan fisiologis, pemantauan dan penanganan yang dilakukan oleh tenaga medis adalah :
  1. Vital sign (TTV).
  2. Suhu
  3. Tonus uterus dan ukuran tinggi uterus
  4. Perdarahan
  5. Kandung kencing
  6. Pemantauan keadaan umum ibu

a. Setelah lahirnya plasenta :
  1. Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
  2. Evaluasi tinggi fundus
  3. Periksa perinium daru perdarahan aktif, misalnya apksh dari laserasi atau episiotomi.
  4. Evaluasi kondisi ibu secara umum.
b. Dokumentasi semua asuhan
  • Asuhan dalam 2 jam post-partum, antara lain :
  1. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
  2. Mengajarkan pada ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan memeriksa uterus.
  3. Mengevaluasi kehilangan darah.
  4. Memeriksa tekanan darah, nadi, kadaan kandung kemih
  5. Memeriksa temperatur tubuh ibu
  6. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang normal.

a.Tanda bahaya kala IV
  • Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
  1. Deman
  2. Perdarahan aktif
  3. Bekuan darah banyak
  4. Bau busuk dari vagina
  5. Pusing
  6. Lemas luar biasa
  7. Kesulitan dan menyusui
  8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa

b.Deteksi dini patologi Kla IV

1.Atonia Uteri
  • Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri adalah terjadinya perdarahan.

c. Bentuk Tindakan pada Kala IV
  • Tindakan Baik :
  1. Mengikat tali pusat
  2. Memeriksa tinggi fundus uteri
  3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrsi dan hidrasi
  4. Membersihkan ibu dari kotoran
  5. Memberikan cukup istirahat
  6. Menyusui segera
  7. Membantu ibu ke kamar mandi
  8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

d. Langkah – langkah Penatalaksanaan Persalinan Kala IV
  1. Periksa fudus uteri
  2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih
  3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang diinginkan
  4. Bersihkan perinium dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
  5. Biarkan ibu istirahat
  6. Biarkan ibu berada di dekat noenatus
  7. Berikan kesempatan agar ibu membantu kontraksi uterus
  8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi dan BAK. Pastikan ibu sudah bisa buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan
  9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai :a. Cara mengamati kontraksi uterus; b.Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.

















perubahan fisiologis dan psikologis pada persalinan kala 1
Perubahan fisiologis dan psikologis pada kala I

2.1.1 Perubahan fisiologis pada persalinan

Sejumlah perubahan fisiologis ang normal akan terjadi selama persalinan,hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda,gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I.

a. Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.

b. Perubahan Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuhKegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak output dan kehilangan cairan.

c. Perubahan Suhu Badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi.

d. Denyut Jantung

Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal,meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi

e. Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.

f. Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama persalinan,hal ini disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama persalinan.Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar,keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,anemia,persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.


g. Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebaabkan konstipasi.

h. Perubahan hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama

i. Konstraksi Uterus

Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.

j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang.Sar terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri
Segmen Bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.

k. Perkembangan retraksi ring

Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal,karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.

l. Penarikan serviks

Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.

m. Pembukaan ostium oteri interna dan ostiun oteri exsterna

Pembukaan serviks disebabbkan karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan trejadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.

n. Show

Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.

o. Tonjolan kantong ketuban

Tonjolan kantong ketuban ini disebabbkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi caiaran yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak terlepa seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekana ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.


p. Pemecahan kantong ketuban

Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,diikuti dengan proses kelahiran bayi.


2.1.2 Perubahan Psikologis

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.

Perubahan psikologis pada kala satu

Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:
a. perasaan tidak enak
b. takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d. menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas


2.2 Manajemen Kala I

Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan dalam kondisi kegawatan

Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan:
• Apakah ibu sedang dalam persalinan
• Ibu dan bayi dalam keadaan baik
• Apakah ada komplikasi/penyulit

Setelah itu layaknya seorang bidan melakukan diagnosis apakah ibu sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya atau belum, kemudian menentukan apakah ibu membutuhkan intervensi darurat segera. Kemudian bidan membuat rencana asuhan. Dari rencana asuhan yang telah ditetapkan kemudian diaplikasikan dan pada akhirnya dievaluasi untuk dinilai keberhasilan atau tidak dari asuhan yang diberikan.

Langkah 1: Pengumpulan Data
• Riwayat Kesehatan
a. Meninjau kartu antenatal untuk:
Ø Usia kehamilan
Ø Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
Ø Riwayat kehamilan yang terdahulu
b. Menanyakan riwayat persalinan:
Ø Bagaimana perasaan ibu
Ø Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
Ø Kapan ibu mulai merasakan nyeri?

Ø Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung?
Ø Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
Ø Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?
Ø Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
Ø Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan?
Jika ya,kapan?Bagaimana warnanya? erapa banyak?
Ø Apakah bayi bergerak?
Ø Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
Ø Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?

• Pemeriksaan Fisik & Bayi
a. Melakukan pemeriksaan fisik
Ø Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Ø Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pretibia tungkai bawah
Ø Warna pucat pada mulut dan konjungtiva
Ø Refleks-refleks
Ø Abdomen: luka bekas operasi, TFU, gerakan janin, kontraksi, pemeriksaan leopold’s, penurunan kepala janin
Ø DJJ
Ø Genital luar: luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
Ø Genital dalam: penipisan cerviks, dilatasi, penurunan kepala janin, membran/selaput ketuban

Langkah 2: Menilai dan Membuat Diagnosa
Dari temuan pada data diatas maka bidan dapat mengambil keputusan apakah ibu sudah masuk kedalam persalinan sesungguhnya atau belum, jika sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya maka dalam kala berapa ibu sekarang
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup Bagaimana cara membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu?

Langkah 3: Membuat Rencana Asuhan
Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat:
• Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal
• Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
• Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
• Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan
• Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
• Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)

Asesmen yang wajib/harus dimasukkan dalam rencana tindakan:
• Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
• Pemantauan terus-menerus TTV ibu
• Pemantauan terus menerus keadaan bayi
• Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
• Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
• Menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman
• Menganjurkan keluarga memberi dukungan

Tabel brikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering


Parameter Frekuensi Pada fase Laten Frekuensi Pada fase Aktif
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Temperatur / Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Perubahan cerviks Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
Penurunan bagian terendah janin Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam

Pengurangan Rasa Sakit

Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
• menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
• pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri
• relaksasi dan pernafasan
• istirahat dan privasi
• penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
• asuhan diri
• sentuhan

Beberapa Teknik Dukungan Untuk Mengurangi Rasa Sakit
• kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support
• perubahan posisi dan pergerakan
• sentuhan dan massase
• counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen
• pijatan ganda pada pinggul
• penekanan pada lutut
• kompres hangat dan kompres dingin
• berendam
• pengeluaran suara
• visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
• musik yang lembut dan menyenangkan ibu

Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga
a. mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin.

b. Pemberian cairan dan nutrisi
Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektif

Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
• memperlambat turunnya bagian terendah janin
• menimbulkan rasa tidak nyaman
• meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
• mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
• meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan

b. Buang Air Besar (BAB)
Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi
tindakan klisma tidak dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.

Mencegah Infeksi

Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi
Anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)
Gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.



























DAFTAR PUSTAKA

  1. Asrinah, Dkk: 2010, Asuhan Kebidanan Masa Persalinan, Yogyakarta, Graha Ilmu.
  2. Mochtar, Rustam: 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta, EGC.
  3. Prawirohardjo, Sarwono: 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka.
  4. Prawirohardjo, Sarwono: 2009, Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Jakarta, PT. Bina Pustaka.
  5. Sastrawinata, Sulaiman: 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung, Eleman.
  6. Sulaiman, Ali: 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta, Media Aesculapius
  7. Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG . ” Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana – untuk Pendidikan Bidan ”, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998
  8. Sarwono Prawirohardjo, “ Ilmu Kebidanan “, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
  9. Pramita Herlina, : ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYAPERSALINAN SUB TOPIK : power, passage, passanger, psykologis, penolong”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar