Kebutuhan dasar selama
kehamilan
Kehamilan
adalah merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita dimana dengan
adanya proses ini terjadi perubahan-perubahan.
Perubahan
tersebut meliputi perubahan fisik,mental dan social.selain kebutuhan
psikologis,kebutuhan fisik juga harus diperhatikan agar
Kcamilan dapat
berlangsung dengan aman dan lancar.kebutuhan fisik yang diperlukan ibu selama
hamil meliputi oksigen,nutrisi,peroral
Hygiene,pakaian,eliminasi,seksual,mobilisasi
dan body mekanik,exercise/senam
hamil,istirahat/tidur,imunisasi,travellinig,persiapan laktasi
Persiapan
kelahiran bayi,memantau kesejahteraan bayi,ketidaknyamanan dan cara
mengatasinya,kunjungan ulang,pekerjaan,tanda bahaya
Dalam
kehamilan.kebutuhan-kebutuhan tersebut akan dibahas satu persatu berikut ini;
1.oksigen
Paru-paru
bekerja lebih berat untuk keperluan ibu dan janin.pada hamil tua sebelum kepala
masuk panggul,paru-paru tersedia keatas
Sehingga
menyebabkan sesak nafas.
2.nutrisi
Kebutuhan giji
ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan kebutuhan wanita normal.
Peningkatan giji
ini dibutuhkan untuk pertumbuhan ibu dan janin.makanan dikonsumsi ibu hamil 40%
Digunakan untuk
pertumbuhan janin dan sisahnya(60%) digunakan untuk pertumbuhan ibunya.secara
Normal kenaikan
berat badan ibu hamil 11-13kg.
Pada triwulan
pertama umumnya ibu hamil mengalami penurunan bb karena nafsu makan turun dan
Sering timbul
muntah.meskipun ibu hamil mengalami keadaan tersebut tetapi asupan makanan
harus
Tetap berusaha
untuk makan agar janin tumbuh baik.makanlah makanan dengan porsi kecil tapi
sering
Seperti
sup,susu,telur,biscuit,buah-buahan segar dan jus.
Pada trimester
ke-2 nafsu makan mulai meningkat,kebutuhan makan harus lebih banyak dari
biasanya
Meliputi zat
sumber tenaga,pembangun,pelindung dan pengatur.
Pada trimester
ke-3(sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat baik,tetapi jangan
kelebihan,kurangi
Makan terlalu
manis,dan terlalu asin,karena akan menyebabkan janin tumbuh besar dan
merangsang
Timbulnya
keracunan saat kehamilan.
3.personal
hygiene
Adalah
kebersihan yang dilakukan untuk diri sendiri.kebersihan badan mengurangi
kemungkinan
Infeksi,karena
badan yang kotor banyak mengandung kuman.
4.pakaian
Pakaian yang
dikenakan ibu nyama,mudah menyerap keringat,mudah dicuci,tanpa sabuk/pita yang
Menekan dibagian
perut,terlalu ketat juga tidak baik karena akan dapat memperhambat sirkulasi
darah.
5.eliminasi
Masalah buang
air kecil tidak mengalami kesulitan,bahkan cukup lancar,untuk memperlancar dan
Mengurangi
infeksi kandung kemih yaitu minum dan menjaga kebersihan sekitar
kelamin,perubahan
Hormoral
mempengaruhi aktifitas usus halus dan besar,sehingga buang air besar mengalami
konstipasi.
6.seksual
Masalah seksual
merupakan kebutuhan biologis yang tidak dapat ditawar,tetapi perlu
diperhitungkan
Bagi mereka yang
hamil,kehamilan bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan seksual.
7.mobilisasi,body
mekanik
Ibu
hamil harus mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri dengan baik dan
kiat berdiri duduk
Dan
mengangkat tanpa menjadi tegang.
8.exercise/senam
hamil
Secara
umum persiapan fisik dari senam hamil adalah mencegah terjadinya
deformitas(cacat kaki).
Melatih
dan menguasai teknik pernafasan.
9.istirahat/tidur
Wanita
hamil harus mengurangi semua kegiatan yang melelahkan,tapi tidak boleh melelah
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
latar belakang
Persalinan
adalah suatu proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di
definisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya,
akibat kontraksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit
dan berlangsung sampai 60 detik. ( Pramita Herlina )
Definisi
persalinan menurut Prof. Dr. I. B. Gde Manuaba, DSOG adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di
luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan (
penolong ) atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ).
Peran
dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan
campur tangan ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan
bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada
sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang
cermat” ( Pramita Herlina )
Seorang
bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga
diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat memperhatikan
faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas topik
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage,
passanger, psykologis, penolong.
Persalinan
dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor fisik 3 P dapat bekerja
sama dengan baik. Dengan faktor 3 P kemungkinan terdapat penyimpangan atau
kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan
intervensi persalinan untuk mencapai kelahiran bayi yang baik dan ibu yang
sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar karena terjadi penyimpangan
3 P disebut Persalinan Distocia.
Faktor-faktor
tersebut adalah :
1.
PASSAGE (JALAN LAHIR)
Jalan
lahir : Jalan lahir tulang atau jalan lahir lunak
·
Adalah jalan lahir yang harus
dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan
vagina.
·
Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan
lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal
·
Rongga-rongga panggul yang normal adalah :
pintu atas panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung,
promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol
kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran
muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium)
ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas
panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14
cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
·
Jalan lahir dianggap tidak normal dan
kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit
seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong,
ada tumor dalam panggul
·
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan
macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan
otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada
jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
·
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya
disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan
serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun
OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema
serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara
kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor
pada vagina.
.
Ukuran-ukuran panggul
1) Ukuran-ukuran
luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di
lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam.
Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander,
Collin, dan Boudeloque
Yang diukur sebagai berikut :
1) Distansia
spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior
sinistra dan dekstra.
2) Distansia
kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini
tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal,
dapat di curigai panggul itu patologik.
3) Distansia
oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka
posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini
bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda
akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda
sekali.
4) Distansia
intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5) Konjugata
eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus
spinosus lumbal 5.
6) Distansia
tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.
a. Jenis
pelvis
1) Jenis
ginekoid :panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter
trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2) Jenis anderoid :
bentuk pintu atas panggul hampitr segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis
seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum.dengan
demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3) Jenis antropoid
: bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter
antero-posterior lebih besar dari pada diameter transversa. Jenis
ini ditemukan pada 35% perempuan.
4) Jenis
platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka
belakang. Jenis ini di temukan pada 5 % perempuan.
Gambar jenis-jenis panggul
1. Bagian
lunak jalan lahir
Bagian ini tersusun atas segmen
bawah uterus, serviks uteri, vagina, muskulus dan ligamentum yang menyelubungi
dinding dalam dan bawah panggul.
a. Permukaan
belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara
os
sakrum dan ilium dinamakan ligamentum sacro iliaka posterior, bagian depan
dinamakan ligamentum sacro iliaca anterior.
b. Ligamentum yang
menghubungkan os sacrum dan spina ischium dinamakan ligamentum sacro spinosum.
c. Ligamentum
antara os sacrum dan os tuber ischiadikum dinamakan ligamentum sacro tuberosum.
d. Pada bagian
bawah sebagian dasr panggul. Dasr panggul/diagfragma pelvis terdiri dari bagian
otot di sebut muskulus levator ani.
e. Bagian membran
disebut diafragma urogenital
f. Muskulus levator
ani menyelubungi rektum, terdiri atas musculus pubo coccygeus, muskulus iliococcygeus,
dan muskulus ischio coocygeus.
g. Ditengah-tengah
muskulus pubococcygea kanan dan kiri ada hiatus urogenitalis merupakan celah
berbentuk segitiga. Hiatus ini di batasi sekat yang menyelubungi pintu bawah
panggul sebelah depan. Pada wanita sekai ini merupakan tempat keluarnya uretra
dan vagian.
h. Fungsi diafragma
pelvis adalah untuk menjaga agar genitalia interna tetap pada tempatnya. Bila
muskulus ini menurun fungsinya, maka akan terjadi prolaps atau turunnya alat
genitalia intern
Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu
bawah panggul, terdiri dari :
a) Regio
analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus yang mengelilingi
anus.
b) Regio
urugogenitalis terdiri dari atas muskulus bolbo cavernosus, ischiocavernosus dan
trasversus perinei superficialis.
2. POWER (KEKUATAN)
Power
adalah kekuatan his atau kontraksi dan kekuatan mengejan ibu yang sangat
penting dalam proses persalinan.
Power
adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi
uterus dan tenaga meneran dari ibu
Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim
His
adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
Kontraksi
adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar
kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik
Retraksi
adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya
kontraksi
His
yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama
bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian
berangsur-angsur menurun menjadi lemah
His
tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses
persalinan sampai anak dilahirkan
His
yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk
rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh
otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi
tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan
segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh
parturient,
Tenaga
meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam
persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala 2 dan untuk membantu mendorong
bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran
memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot
dasar panggul
Persalinan akan
berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik
Kelainan
his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan
hypertonic/tetania uteri
kelainan
kekuatan his dan meneran, dapat disebabkan oleh :
1).
Kelainan kontraksi rahim
inersia uteri primer
dan sekunder
tetania
uteri dapat mengakibatkan partus presipitatus, asfiksia intrauterin sampai
kematian janin dalam rahim
inkoordinasi
kontraksi otot rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua, pimpinan
persalinan salah, induksi perrsalinan, rasa takut dan cemas
2). Kelainan tenaga meneran
Kelelahan
Salah
dalam pimpinan meneran pada kala 2
2. Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus dilakukan :
Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat persalinan tibaØ
Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.Ø
Jangan panik.Ikuti saja instruksi dengan baik.Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisienkarena bayi malah jadi lebih susah lahir.Ø
Harus disesar bila :
Meski sangat ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan power
Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus dilakukan :
Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat persalinan tibaØ
Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.Ø
Jangan panik.Ikuti saja instruksi dengan baik.Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisienkarena bayi malah jadi lebih susah lahir.Ø
Harus disesar bila :
Meski sangat ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan power
Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.
3.
PASSANGER
Passenger terdiri dari:
a. Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain :
• Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
• Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
• Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir
• Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
• Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b. Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah
iii. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
iv. Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
c. Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai ‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
1. Infeksi, contohnya korioamonitis
2. Trauma, contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentase janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
1. Keluarnya cairan jernih dari vagina.
2. Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
3. Adannya perubahan kertas lakmus merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
4. Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan ( 37,5 derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
3. Pemantauan kesejahteraan janin.
4. Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH
Passenger terdiri dari:
a. Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain :
• Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
• Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
• Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
• Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir
• Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
• Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b. Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah
iii. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
iv. Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
c. Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai ‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
1. Infeksi, contohnya korioamonitis
2. Trauma, contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
3. Inkompeten serviks.
4. Kelainan letak atau presentase janin.
5. Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
1. Keluarnya cairan jernih dari vagina.
2. Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
3. Adannya perubahan kertas lakmus merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
4. Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
1. USG
2. Leukosit dan suhu badan ( 37,5 derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
3. Pemantauan kesejahteraan janin.
4. Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL
1. PENGERTIAN PERSALINAN
- Persalinan
adalah proses pngeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar (Wiknjosastro, 2008).
- Persalinan
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah
cukup bulan atau melalui jalan lahir lain, dengan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
- Persalinan
adalah pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir (Mochtar,
1998).
- Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin tutun ke dalam
jalan lahir (Sarwono, 2009).
- Kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Sarwono, 2009).
2.KLASIFIKASI ATAU JENIS PERSALINAN
- Ada
2 klasifikasi persalinan, yaitu berdasrkan cara dan usia kehamilan.
1.Jenis persalinan berdasarkan cara
persalinan
- Persalinan
Normal (Spontan)
- Persalinan
Buatan
- Persalinan
Anjuran
2.Menurut usia kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan.
- Abortus
- Persalinan
Prematur
- Persalinan
Matur
- Persalinan
Postmatur (Serotinus)
3. SEBAB-SEBAB MULAINYA PERSALINAN
- Apa
yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada syaraf, dan nutrisi.
- Teori
penurunan hormone
- Teori
oksitosin
- Teori
plasenta menjadi tua
- Teori
iritasi mekanik
- Teori
distensi rahim
- Teori
berkurangnya nutrisi
4. TANDA-TANDA PERSALINAN
1.Tanda permulaan persalinan
- Lightening,
pada minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
- Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
- Susah
kencing (polakisuria)
- Ada
perasaan sakit di perut dan di pinggang.
- Serviks
menjadi lebih lembek, mulai mendatar, dan sekresinya betambah bisa
bercampur darah (bloody show).
2. Tanda persalinan
- Rasa
sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
- Keluar
lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan robekan
kecil pada serviks.
- Kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada
pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
5. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM
PERSALINAN
1.Kekuatan mendorong janin keluar
(power)
- His
(kontraksi uterus): Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominan, terkoordinasi dan relaksasi.
- Kontraksi
otot-otot dinding perut.
- Kontraksi
diafragma.
- Ligamentous
action terutama ligamentum rotundum.
2. Faktor janin (passager)
- Sikap
janin (habitus).
- Letak
janin (situs).
- Presentasi.
- Bagian
terbawah janin.
- Posisi
janin.
3.Faktor jalan lahir (passage)
- Bagian
keras: Tulang-tulang panggul (rangka panggul).
- Bagian
lunak: Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen.
4. Faktor psikologi ibu
- Ibu
bersalin yang didampingi suami dan orang-orang yang dicinyainya yang
cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan
dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi suami atau orang-orang yang dicintainya.
5. Faktor penolong
- Kompetensi
yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal.
6.KEBUTUHAN DASAR IBU BERSALIN
- Dukungan
fisik dan psikologis
- Kebutuhan
makanan dan cairan
- Kebutuhan
eliminasi
- Posisioning
dan aktifitas
- Pengurangan
rasa nyeri
7.TAHAPAN PERSALINAN
1. KALA I PERSALIAN
- Kala
satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya), hingga serviks membuka lengkap (10
cm).
- Kala
satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu:
a. Fase laten
- Dimulai
sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan, dan pembukaan serviks
secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm, dan umumnya fase
laten berlangsung selama 8 jam.
b.Fase aktif
- Fase
akselerasi; dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm - 4 cm.
- Fase
dilatasi maksimal; dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung cepat,
dari 4 cm - 9 cm.
- Fase
deselerasi; pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm - lengkap 10 cm.
A.PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA I
- Perubahan
pada serviks
- Perubahan
system kardiovaskuler
- Perubahan
metabolisme
- Perubahan
system respirasi
- Kontraksi
uterus
- Perubahan
segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
- Perubahan
hematologis
- Perubahan
renal
- Perubahan
gastrointestinal
- Perubahan
suhu badan
- Perubahan
pada vagina dan dasar panggul
- Perubahan
pada anus (Sistem pencernaan)
B.PERUBAHAN PSIKOLOGI KALA I
- Kondisi
psikologi yang sering terjadi selama persalinan kala I :
- Kecemassan
dan ketakutan pada dosa-dosa/kesalahan diri sendiri.
- Timbulnya
rasa tegang, ketakutan, kecemasan, dan konflik-konflik batin.
- Sering
timbul rasa jengkel, tidak nyaman, badan selalu kegerahan, tidak sabaran.
C.ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
KALA I
- Manajemen
kala I: a.Mengidentifikasi masalah; b.Pemeriksaan abdomen; c.Menilai data
dan membuat diagnosis; d.Membuat rencana asuhan.
- Penggunaan
partograf
- Pemenuhan
kebutuhan fisik dan psikis
- Pengenalan
tanda bahaya kala I, seperti: a. Perdarahan pervaginam selain lendir
bercampur darah; b. Persalinan kurang bulan (kurang dari 37 minggu); c.
Ketuban pecah dan air keruban bercampur mekonium disertai tanda-tanda
gawat janin.
- Pendokumentasian
kala I
2. KALA II PESALINAN
- Persalinan
kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui
pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah:
- Pembukaan
serviks telah lengka (10 cm), atau
- Terlihatnya
bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Tanda dan gejala kala II:
- Ibu
merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
- Ibu
merasakan meningkatnya tekanan pada rectum dan/ vagina.
- Perineum
terlihat menonjol.
- Vulva-vagina
dan sfingter ani terlihat membuka.
- Peningkatan
pengeluaran lendir dan darah.
A.PERUBAHAN FISIOLOGIS KALA II DAN
ASUHAN SAYANG IBU
1. Perubahan fisologis
- Kontraksi
uterus
- Kontraksi
otot abdomen
- Vulva
dan vagina,
- Kontraksi
persalinan
- Janin,
2. Asuhan sayang ibu dan posisi
meneran
- Anjurkan
keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran.
- Tentramkan
hati ibu selama kala II persalinan dan bantu ibu untuk memilih posisi yang
nyaman saat meneran.
- Saat
pembukaaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran apabila ada
dorongan kuat untuk meneran.
- Anjurkan
ibu untuk minum selam kala II persalinan karena ibu akan mudah mengalami
dehidrasi selama persalinan dan kelahiran.
- Perbolehkan
ibu untuk mencari posisi apapun yang nyaman baginya.
B. MEKANISME PERSALINAN NORMAL
- Adalah
proses adaptasi dan akomodasi yang tepat antara bagian kepala terhadap
bebagai sekmen panggul, agar proses persalinan dapat berlangsung atau perubahan
posisi bagian terendah (Mac Donald,1991).
C. ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
KALA II
1. Pada kala II ini dilakukan
pemantauan terhadap ibu, yang meliputi
- Kontraksi
atau his
- Tanda-tanda
kala II
- Keadaan
umuma
- Kemajuan
persalinan:a.Pembukaan serviks; b. Penurunan kepala janin; c. His
2. Pemantauan pada bayi meliputi :
- Sebelum
lahir:a. Denyut jantung janin; b. Cairan ketuban; c. Moulase atau
penyusupan kepala janin
- Saat
lahir: Apgar scor
D.MANUVER TANGAN DALAM
PERSALINAN
1.Perasat Ritgen
- Bila
perineum meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian
belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perineum. Dengan
ujung-ujung jari tangan kanan yang melalui kulit perineum, coba mengkait
dagu janin dan tekan ke arah simpisis pelan-pelan.
2. Melahirkan Bahu
- Setelah
menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat,
tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala
bayi. Setelah rotasi eksternal letakkan satu tangan pada masing-masing
sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran pada kontraksi
berikutnya. Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara lembut
(ke arah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak di bawah arcus
pubis. Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke langit-langit
untuk melahirkan bahu posterior bayi) .
3. KALA III PERSALINAN
- Persalinan
kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
A. MEKANISME PELEPASAN PLASENTA
- Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan
atau stimulus) setelah kala II selesai. Pada kala III, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus
plasenta.
1. Tanda – tanda lepasnya plasenta
- Perubahan
bentuk dan tinggi fundus
- Tali
pusat memanjang
- Semburan
darah mendadak dan singkat
2. Cara pelepasan plasenta
- Metode
Ekspulsi Schultze
- Metode
Ekspulsi Matthew-Duncan
3. Pengeluaran plasenta
- Plasenta
dikeluarkan dengan melakukan tindakan manual bila :
- Perdarahan
lebih dari 400 sampai 500 cc
- Terjadi
retensio plasenta
- Bersamaan
dengan tindakan yang disertai narkosa
- Dari
anamnesa terdapat perdarahan habitualis.
4.Pemeriksaan plasenta dan
selaputnya
- Setelah
plsenta lahirr bersama selaputnya, selanjutnya dilakukan pemeriksaan yang
cermat terhadap :
- Kotiledon,
yang berjumlah 20 buah.
- Permukaan
plasenta janin.
- Kemungkinan
terdapat plasenta suksenturiata.
Tertinggalnya sebagian jaringan
plasenta menyebabkan :
- Perdarahan
puerperium yang berkepanjangan.
- Bahaya
infeksi
- Terjadi
polip plasenta
- Degenerasi
ganas menjadi kariokarsinoma
B. MANAJEMEN AKTIF KALA III
- Manajemen
aktif kala III adalah penatalaksanaan secara aktif pada kala III
(pengeluaran aktif plasenta), untuk mambantu menghindarkan terjadinya
perdarahan pasca persalinan.
- Manajemen
aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
- Pemberian
oksitosin
- Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
- Pemijatan
masase fundus uteri.
Deteksi Dini Patologi Kala III
- Atonia
uteri
- Inversio
uteri
- Retensio
plasenta
Plasenta manual
- Plasenta
manual adalah tindakan untuk melepas plasenta secara manual (menggunakan
tangan) dari tempat implantasinya dan kemudahan melahirkannya keluar dari
kavum uteri.
- Melepas
plasenta dari dinding uterus
- Tentukan
implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
- Setelah
ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus, perluas
pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil
di geser ke atas (cranial ibu) hingga sampai perlekatan plasenta dari
dinding uterus.
- Mengeluarkan
plasenta
- Sementara
satu tangan masih didalan kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai
tidak ada sisa plasenta yang tertinggal
- Pindahkan
tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar
- Lakukan
penekanan uterus ke arah dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan
tempatkan plasenta didalam wadah yang telah disiapkan.
- Pencegahan
infeksi pasca tindakan
- Dekontaminasi
sarung tangan serta peralatan lain yang digunakan.
- Lepaskan
dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
- Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
- Keringkan
tangan dengan handuk bersih dan kering.
- Pemantaun
pasca tindakan
- Periksa
kembali tanda vital ibu.
- Catat
kondisi ibu dan buat laporan tindakan.
- Tulis
rencana pengobatan, tindakan yang masih di perlukan dan asuhan lanjutan.
- Beritahu
ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan
pemantauan dan asuhan lanjutan.
- Lanjutan
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum di pindah ke ruang
gabung.
4. KALA IV PERSALINAN
- Kala
IV adalah masa selama 1-2 jam setelah pengeluarn uri. Dua jam pertama
pasca peralinan merupakan masa krisis bagi ibu dan neonatus (bayi baru
lahir).
A.FISOLOGI KALA IV
- Kala
IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi lahir dan plasenta
lahir untuk memantau kondisi ibu, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
kontraksi uterus sampai uterus kembali ke bentuk normal,Perkiraan
pengeluaran darah, laserasi atau luka episotomi serta pemantauan dan
evaluasi lanjut juga perlu diperhatikan.
B.EVALUASI UTERUS
- Kontraksi
uterus yang tidak kuat dan terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya
atonia uteri, yang dapat mengganggu keselamatan ibu. Untuk itu evaluasi
terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk
diperhatikan.
C.PEMERIKSAAN SERVIKS, VAGINA DAN
PERINIUM
- Segera
setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara
menyeluruh untuk mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan
lewat perbedahan kalau diperlukan.
- Laserasi
dapat dikategorikan dalam :
- Derajat
1: laserasi mengenai mukosa dan kulit perinium, tidak perlu dijahit.
- Derajat
II: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, dan jaringan perinium (perlu
dijahit)
- Derajat
III: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan
spingter ani.
- Derajat
IV: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perinium dan spingter
ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
D.PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT
KALA IV
- Pemantauan
selama dua jam pertama post partum sangat penting. Selama kala IV ini
bidan harus meneruskan proses penatalaksanaan kebidanan yang telah mereka
lakukan selama kala I, II, III, untuk memastikan ibu tidak menemui masalah
apapun. Karena terjadi perubahan fisiologis, pemantauan dan penanganan
yang dilakukan oleh tenaga medis adalah :
- Vital
sign (TTV).
- Suhu
- Tonus
uterus dan ukuran tinggi uterus
- Perdarahan
- Kandung
kencing
- Pemantauan
keadaan umum ibu
a. Setelah lahirnya plasenta :
- Lakukan
pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
- Evaluasi
tinggi fundus
- Periksa
perinium daru perdarahan aktif, misalnya apksh dari laserasi atau
episiotomi.
- Evaluasi
kondisi ibu secara umum.
b. Dokumentasi semua asuhan
- Asuhan
dalam 2 jam post-partum, antara lain :
- Melanjutkan
pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam
- Mengajarkan
pada ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan memeriksa uterus.
- Mengevaluasi
kehilangan darah.
- Memeriksa
tekanan darah, nadi, kadaan kandung kemih
- Memeriksa
temperatur tubuh ibu
- Melakukan
tindakan yang sesuai untuk temuan yang normal.
a.Tanda bahaya kala IV
- Selama
kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
- Deman
- Perdarahan
aktif
- Bekuan
darah banyak
- Bau
busuk dari vagina
- Pusing
- Lemas
luar biasa
- Kesulitan
dan menyusui
- Nyeri
panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa
b.Deteksi dini patologi Kla IV
1.Atonia Uteri
- Atonia
uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak
mampu menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri
adalah terjadinya perdarahan.
c. Bentuk Tindakan pada Kala IV
- Tindakan
Baik :
- Mengikat
tali pusat
- Memeriksa
tinggi fundus uteri
- Menganjurkan
ibu untuk cukup nutrsi dan hidrasi
- Membersihkan
ibu dari kotoran
- Memberikan
cukup istirahat
- Menyusui
segera
- Membantu
ibu ke kamar mandi
- Mengajari
ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu
maupun bayi.
d. Langkah – langkah Penatalaksanaan
Persalinan Kala IV
- Periksa
fudus uteri
- Periksa
tekanan darah, nadi, kandung kemih
- Anjurkan
ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang diinginkan
- Bersihkan
perinium dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
- Biarkan
ibu istirahat
- Biarkan
ibu berada di dekat noenatus
- Berikan
kesempatan agar ibu membantu kontraksi uterus
- Bila
ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi dan BAK. Pastikan ibu sudah
bisa buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan
- Berikan
petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai :a. Cara mengamati
kontraksi uterus; b.Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
perubahan fisiologis dan psikologis
pada persalinan kala 1
Perubahan fisiologis dan psikologis pada kala I
2.1.1 Perubahan fisiologis pada persalinan
Sejumlah perubahan fisiologis ang normal akan terjadi selama persalinan,hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda,gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I.
a. Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
b. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuhKegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak output dan kehilangan cairan.
c. Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi.
d. Denyut Jantung
Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal,meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan,hal ini disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama persalinan.Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar,keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,anemia,persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.
g. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebaabkan konstipasi.
h. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama
i. Konstraksi Uterus
Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang.Sar terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri
Segmen Bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal,karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
l. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
m. Pembukaan ostium oteri interna dan ostiun oteri exsterna
Pembukaan serviks disebabbkan karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan trejadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
n. Show
Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.
o. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabbkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi caiaran yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak terlepa seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekana ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.
p. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,diikuti dengan proses kelahiran bayi.
2.1.2 Perubahan Psikologis
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:
a. perasaan tidak enak
b. takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d. menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas
2.2 Manajemen Kala I
Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan dalam kondisi kegawatan।
Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan:
• Apakah ibu sedang dalam persalinan
• Ibu dan bayi dalam keadaan baik
• Apakah ada komplikasi/penyulit
Setelah itu layaknya seorang bidan melakukan diagnosis apakah ibu sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya atau belum, kemudian menentukan apakah ibu membutuhkan intervensi darurat segera. Kemudian bidan membuat rencana asuhan. Dari rencana asuhan yang telah ditetapkan kemudian diaplikasikan dan pada akhirnya dievaluasi untuk dinilai keberhasilan atau tidak dari asuhan yang diberikan.
Langkah 1: Pengumpulan Data
• Riwayat Kesehatan
a. Meninjau kartu antenatal untuk:
Ø Usia kehamilan
Ø Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
Ø Riwayat kehamilan yang terdahulu
b. Menanyakan riwayat persalinan:
Ø Bagaimana perasaan ibu
Ø Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
Ø Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
Ø Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung?
Ø Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
Ø Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?
Ø Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
Ø Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan?
Jika ya,kapan?Bagaimana warnanya? erapa banyak?
Ø Apakah bayi bergerak?
Ø Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
Ø Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?
• Pemeriksaan Fisik & Bayi
a. Melakukan pemeriksaan fisik
Ø Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Ø Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pretibia tungkai bawah
Ø Warna pucat pada mulut dan konjungtiva
Ø Refleks-refleks
Ø Abdomen: luka bekas operasi, TFU, gerakan janin, kontraksi, pemeriksaan leopold’s, penurunan kepala janin
Ø DJJ
Ø Genital luar: luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
Ø Genital dalam: penipisan cerviks, dilatasi, penurunan kepala janin, membran/selaput ketuban
Langkah 2: Menilai dan Membuat Diagnosa
Dari temuan pada data diatas maka bidan dapat mengambil keputusan apakah ibu sudah masuk kedalam persalinan sesungguhnya atau belum, jika sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya maka dalam kala berapa ibu sekarang
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup Bagaimana cara membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu?
Langkah 3: Membuat Rencana Asuhan
Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat:
• Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal
• Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
• Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
• Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan
• Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
• Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)
Asesmen yang wajib/harus dimasukkan dalam rencana tindakan:
• Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
• Pemantauan terus-menerus TTV ibu
• Pemantauan terus menerus keadaan bayi
• Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
• Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
• Menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman
• Menganjurkan keluarga memberi dukungan
Tabel brikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering
Parameter Frekuensi Pada fase Laten Frekuensi Pada fase Aktif
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Temperatur / Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Perubahan cerviks Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
Penurunan bagian terendah janin Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
Pengurangan Rasa Sakit
Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
• menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
• pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri
• relaksasi dan pernafasan
• istirahat dan privasi
• penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
• asuhan diri
• sentuhan
Beberapa Teknik Dukungan Untuk Mengurangi Rasa Sakit
• kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support
• perubahan posisi dan pergerakan
• sentuhan dan massase
• counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen
• pijatan ganda pada pinggul
• penekanan pada lutut
• kompres hangat dan kompres dingin
• berendam
• pengeluaran suara
• visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
• musik yang lembut dan menyenangkan ibu
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga
a. mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin.
b. Pemberian cairan dan nutrisi
Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektif
Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
• memperlambat turunnya bagian terendah janin
• menimbulkan rasa tidak nyaman
• meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
• mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
• meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan
b. Buang Air Besar (BAB)
Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi
tindakan klisma tidak dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.
Mencegah Infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi
Anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)
Gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.
2.1.1 Perubahan fisiologis pada persalinan
Sejumlah perubahan fisiologis ang normal akan terjadi selama persalinan,hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintreprestasikan tanda-tanda,gejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal apa tidak persalinan kala I.
a. Perubahan tekanan darah
Perubahan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg diantara konstraksi-konstraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran diantara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklamsia. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu,ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
b. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuhKegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan,denyut nadi,pernapasan,kardiak output dan kehilangan cairan.
c. Perubahan Suhu Badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1 derjat C. Suhu badan yang naik sedikit merupakan hal yang wajar,namun keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban pecah atau belum,karena hal ini merupakan tanda infeksi.
d. Denyut Jantung
Penurunan yang menyolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal,meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi
e. Pernafasan
Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar.
f. Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan,hal ini disebabkan oleh kardiak output yang meningkat serta glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama persalinan.Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,tetapi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar,keadaan ini lebih sering pada ibu primipara,anemia,persalinan lama atau pada kasus pre ekslamsia.
g. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan akan menyebaabkan konstipasi.
h. Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progessif selama kala satu persalinan sebesar 5000s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap,hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Gula darah akan turun selama dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama
i. Konstraksi Uterus
Konstraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin.
j. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif,terdapat banyak otot sorong dan memanjang.Sar terbentuk dari fundus sampai ishimus uteri
Segmen Bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara ishimus dengan serviks dengan sifat otot yang tipis dan elastis,pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k. Perkembangan retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR,dalam keadaan persalinan normal tidak tampak dan akan kelihatan pada persalinan obnormal,karena konstraksi uterus yang berlebihan,retraksi ring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol di atas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
l. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan membentuk Ostium Uteri Eksterna (OUE) sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
m. Pembukaan ostium oteri interna dan ostiun oteri exsterna
Pembukaan serviks disebabbkan karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja terjadi karena penarikan SAR akan tetapi karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan trejadi. Sedangkan pada multi gravida ostium uteri internum dan eksternum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
n. Show
Adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,lendir ini berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan,sedangkan darah berasal dari desidua vera yang lepas.
o. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabbkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi caiaran yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi melindungi selaput amnion agar tidak terlepa seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekana ke uterus sehingga akan timbul generasi floud presur.
p. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi,ditambah dengan konstraksi yang kuat serta desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,diikuti dengan proses kelahiran bayi.
2.1.2 Perubahan Psikologis
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun psikologis. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.
Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai berikut:
a. perasaan tidak enak
b. takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
c. sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
d. menganggap persalinan sebagai percobaan
e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
f. Apakah bayinya normal apa tidak
g. Apakah ia sanggup merawat bayinya
h. Ibu merasa cemas
2.2 Manajemen Kala I
Jika seorang ibu akan bersalin datang kepada keluarga maka, seorang bidan layaknya dapat menerima ibu dan keluarganya. Seringkali seorang petugas kesehatan terburu-baru dalam memberikan asuhan kepada wanita yang akan bersalalin. Hal ini akan mengakibatkan rasa takut dan kurang percaya dari pihak pasien dan keluarga terhadap bidan, terlebih bila dihadapkan dalam kondisi kegawatan।
Setelah menerima ibu dan keluarga dengan baik, bidan kemudian melakukan pengkajian terhadap riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan:
• Apakah ibu sedang dalam persalinan
• Ibu dan bayi dalam keadaan baik
• Apakah ada komplikasi/penyulit
Setelah itu layaknya seorang bidan melakukan diagnosis apakah ibu sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya atau belum, kemudian menentukan apakah ibu membutuhkan intervensi darurat segera. Kemudian bidan membuat rencana asuhan. Dari rencana asuhan yang telah ditetapkan kemudian diaplikasikan dan pada akhirnya dievaluasi untuk dinilai keberhasilan atau tidak dari asuhan yang diberikan.
Langkah 1: Pengumpulan Data
• Riwayat Kesehatan
a. Meninjau kartu antenatal untuk:
Ø Usia kehamilan
Ø Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
Ø Riwayat kehamilan yang terdahulu
b. Menanyakan riwayat persalinan:
Ø Bagaimana perasaan ibu
Ø Berapa bulan kehamilan ibu sekarang?
Ø Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
Ø Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung?
Ø Seberapa kuat rasa nyeri tersebut?
Ø Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah?
Ø Apakah ibu mengalami perdarahan dari vagina?
Ø Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan?
Jika ya,kapan?Bagaimana warnanya? erapa banyak?
Ø Apakah bayi bergerak?
Ø Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
Ø Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?
• Pemeriksaan Fisik & Bayi
a. Melakukan pemeriksaan fisik
Ø Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
Ø Edema/pembengkakan pada muka, jari, tangan, kaki dan pretibia tungkai bawah
Ø Warna pucat pada mulut dan konjungtiva
Ø Refleks-refleks
Ø Abdomen: luka bekas operasi, TFU, gerakan janin, kontraksi, pemeriksaan leopold’s, penurunan kepala janin
Ø DJJ
Ø Genital luar: luka, cairan, lendir darah, perdarahan, cairan ketuban
Ø Genital dalam: penipisan cerviks, dilatasi, penurunan kepala janin, membran/selaput ketuban
Langkah 2: Menilai dan Membuat Diagnosa
Dari temuan pada data diatas maka bidan dapat mengambil keputusan apakah ibu sudah masuk kedalam persalinan sesungguhnya atau belum, jika sudah masuk dalam persalinan yang sesungguhnya maka dalam kala berapa ibu sekarang
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup Bagaimana cara membedakan persalinan sesungguhnya dengan persalinan semu?
Langkah 3: Membuat Rencana Asuhan
Selama persalinan seorang bidan harus melakukan asesmen dan intervensi agar dapat:
• Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan apakah persalinan dalam kemajuan yang normal
• Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
• Memeriksa bagaimana bayi bereaksi saat persalinan dan kelahiran
• Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta aktif dalam menentukan asuhan
• Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, menolong kelahiran dan memberikan asuhan pasca persalinan dini
• Mengenali masalah secepatnya dan mengambil keputusan serta tindakan yang tepat guna dan tepat waktu (efektif dan efisien)
Asesmen yang wajib/harus dimasukkan dalam rencana tindakan:
• Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf
• Pemantauan terus-menerus TTV ibu
• Pemantauan terus menerus keadaan bayi
• Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu
• Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
• Menganjurkan tindakan yang memberikan pada rasa nyaman
• Menganjurkan keluarga memberi dukungan
Tabel brikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau gejala komplikasi atau perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering
Parameter Frekuensi Pada fase Laten Frekuensi Pada fase Aktif
Tekanan Darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Temperatur / Suhu Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Perubahan cerviks Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
Penurunan bagian terendah janin Setiap 4 jam Setiap 2 – 4 jam
Pengurangan Rasa Sakit
Pemberian dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melalui proses persalinan normal.
Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terus menerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana, biaya rendah, resiko renedah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:
• menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selama persalinan (suami, orang tua)
• pengaturan posisi :duduk atau setengah duduk, posisi merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring ke kiri
• relaksasi dan pernafasan
• istirahat dan privasi
• penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan
• asuhan diri
• sentuhan
Beberapa Teknik Dukungan Untuk Mengurangi Rasa Sakit
• kehadiran seorang pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support
• perubahan posisi dan pergerakan
• sentuhan dan massase
• counterpressure untuk mengurangi tegangan pada ligamen
• pijatan ganda pada pinggul
• penekanan pada lutut
• kompres hangat dan kompres dingin
• berendam
• pengeluaran suara
• visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa)
• musik yang lembut dan menyenangkan ibu
Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu dan keluarga
a. mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok (membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada terjadinya hipoksia janin.
b. Pemberian cairan dan nutrisi
Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektif
Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK)
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko infeksi serta perlukaan pada kandung kemih. Kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
• memperlambat turunnya bagian terendah janin
• menimbulkan rasa tidak nyaman
• meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri
• mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
• meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan
b. Buang Air Besar (BAB)
Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi
tindakan klisma tidak dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.
Mencegah Infeksi
Menjaga lingkungan yang bersih sangat penting untuk mewujudkan kelahiran yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi. kepatuhan dalam menjalankan praktek2 pencegahan infeksi yang baik juga akan melindungi penolong dan keluarga dari resiko infeksi
Anjurkan ibu untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih sebelum persalinan. anjurkan pada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan ibu atau bayi baru lahir(BBL)
Gunakan alat2 steril atau desinfeksi tingkat tinggi (DTT) dan sarung tangan pada saat diperlukan dalam melakukan pertolongan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
- Asrinah,
Dkk: 2010, Asuhan Kebidanan Masa Persalinan, Yogyakarta, Graha Ilmu.
- Mochtar,
Rustam: 1998, Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta, EGC.
- Prawirohardjo,
Sarwono: 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka.
- Prawirohardjo,
Sarwono: 2009, Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
Jakarta, PT. Bina Pustaka.
- Sastrawinata,
Sulaiman: 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung, Eleman.
- Sulaiman,
Ali: 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta, Media Aesculapius
- Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG . ” Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana – untuk Pendidikan Bidan ”, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1998
- Sarwono Prawirohardjo, “ Ilmu
Kebidanan “, PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009
- Pramita Herlina, : ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JALANNYAPERSALINAN
SUB TOPIK : power, passage, passanger, psykologis, penolong”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar